Soloraya
Jumat, 10 April 2015 - 01:45 WIB

PERTANIAN KARANGANYAR : Basmi Tikus, Petani Matesih Gunakan Burung Hantu

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tikus (JIBI/Harian Jogja/Solopos)

Pertanian Karanganyar bermasalah dengan hama tikus yang menyerang pohon ketela. Petani menggunakan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus.

Solopos.com, KARANGANYAR — Sejumlah petani di Desa Plosorejo, Matesih menggunakan burung hantu jenis Serak Jawa atau Tyto Alba sebagai predator alami mengendalikan serangan hama tikus.

Advertisement

Mereka mengatakan tikus sering merusak tanaman ketela usia 30 hari-50 hari. Mereka memakan daun dan batang ketela. Oleh karena itu petani mengupayakan beberapa cara untuk mengendalikan serangan tikus, seperti umpan beracun, predator alami, dan penggeropyokan.

Ketua Gapoktan Desa Plosorejo, Subandi, menuturkan tikus menyerang lahan pertanian hortikultura maupun padi. Mereka menempuh segala cara untuk menyelamatkan hasil panen. “Dahulu kami menggunakan umpan beracun. Nah, ini kami mencoba menggunakan burung hantu. Kami membeli atau berburu [burung hantu] di hutan. Burung hantu bisa membunuh 30 ekor tikus per malam,” ujar Subandi saat ditemui wartawan di SDN 02 Plosorejo, Kamis (9/4/2015).

Petani yang akan menggunakan Serak Jawa setidaknya mengeluarkan Rp2 juta-Rp2,5 juta. Uang itu untuk membeli Serak Jawa dan membuat kandang. Subandi menceritakan harga satu ekor Serak Jawa Rp300.000-Rp500.000. Kandang Serak Jawa terbuat dari cor maupun papan. Namun, petani harus melatih hewan nokturnal itu selama satu bulan sebelum berburu tikus.

Advertisement

Sejumlah kabupaten maupun kota di Jateng sudah mempraktikkan strategi itu, seperti Demak. Kepala Bidang (Kabid) Penyelenggaraan Penyuluhan Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Eko Partono, menuturkan Bakorluh Jateng gencar mengampanyekan Tyto Alba sebagai predator alami tikus. Salah satu strategi kampanye adalah memberikan bantuan satu pasang Serak Jawa kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Plosorejo, Kamis (9/4/2015).

Ketua DPW Perhiptani Jateng, Budiharjo, menjelaskan serangan hama tikus terjadi sepanjang tahun. Namun, populasi tikus tergantung ketersediaan pakan. Hewan pengerat itu akan berkembang biak saat makanan melimpah. Budiharjo mengatakan pematang sawah di Kabupaten Karanganyar lebar sehingga cocok untuk perkembangbiakan tikus.

“Tikus tidak akan membuat gagal panen. Petani masih panen tetapi hasil menurun. Pengendalian hama tikus itu paling efektif menggunakan penggeropyokan manual, mekanis, maupun bahan kimia. Tyto Alba juga cocok,” ujar Budiharjo.

Advertisement

Sementara itu Bupati Karanganyar, Juliyatmono, menginstruksikan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Karanganyar menyosialisasikan penggunaan burung hantu ke petani di wilayah lain di Karanganyar.

“Kami akan mengalokasikan dana pada APBD Perubahan 2015. Jangan hanya Matesih yang mendapat bantuan burung hantu. Petakan wilayah lain terutama yang sering diserang hama tikus,” ujar dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif