Soloraya
Rabu, 8 April 2015 - 11:00 WIB

LONGSOR KARANGANYAR : Pengungsi Menjing akan Dapat Dana Pemulihan Rp22.500/hari

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Jambon, Menjing, Jenawi, Karanganyar, mengungsi di Kantor Desa Menjing, Selasa (7/4/2015), karena rumah mereka berada di kawasan longsor. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar segera memberikan dana pemulihan kepada para pengungsi untuk membantu memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari. (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)

Longsor Karanganyar yang terjadi di Menjing, Jenawi, membuat ratusan warga mengungsi.

Solopos.com, KARANGANYAR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar akan memberikan dana pemulihan kepada warga pengungsi di Jenawi. Besaran dana pemulihan tersebut sekitar Rp22.500 per jiwa per hari.

Advertisement

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, mengatakan saat ini pemkab telah menyiapkan anggaran pemulihan pasca bencana.

“Biaya pemulihan sudah ada di BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah] untuk tanggap darurat. Anggarannya dihitung selama satu bulan dengan besaran Rp22.500 Per jiwa per hari,” kata dia saat ditemui wartawan di Jenawi, Selasa (7/4/2015).

Menurut Juliyatmono, biaya pemulihan tersebut diberikan untuk biaya hidup warga korban bencana yang tinggal di lokasi pengungsian. Seperti diketahui jumlah pengungsi di Menjing, Jenawi, sekitar 256 orang.

Advertisement

Juliyatmono meminta setelah menerima bantuan tersebut warga agar meninggalkan lokasi pengungsian. Warga pengungsi diimbau dapat tinggal di rumah saudaranya.

“Bisa tinggal di rumah saudara sambil menunggu relokasi terealisasi,” kata dia.

Menurutnya hal itu perlu agar para pengungsi tidak bosan di tempat pengungsian. “Baik secara psikologi maupun kesehatan,” kata dia.

Advertisement

Menurut rencana, biaya pemulihan tersebut akan dibagikan kepada para pengungsi pada Jumat (10/4/2015).

“Kalau dari penanganan pasca bencana, sudah 14 hari, jadi sudah waktunya diberi dana pemulihan,” kata dia.

Sementara itu dokter Puskesmas Jenawi, Yuli, mengatakan persoalan kesehatan yang paling banyak muncul adalah tekanan darah tinggi pada pengungsi dewasa dan batuk serta pilek pada anak-anak.

“Untuk keluhan hipertensi sebelum di pengungsian sudah ada. Namun saat di pengungsian itu [hipertensi] muncul lagi, mungkin karena terpengaruh kondisi psikologis,” kata dia saat ditemui di Jenawi, Selasa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif