News
Senin, 6 April 2015 - 11:55 WIB

HARGA BBM : Pemerintah Diminta Patok Harga BBM untuk Periode Tertentu

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Nurul Hidayat/JIBI/Solopos)

Harga BBM naik beberapa hari lalu. Pemerintah diminta mematok harga BBM untuk periode tertentu agar fluktuasi harga tak membebani masyarakat.

Solopos.com, JAKARTA – Fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) yang terlalu cepat dinilai membebani masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah harus mencari cara untuk membiasakan masyarakat terhadap fluktuasi harga premium dan solar.

Advertisement

Pendiri Medco Group, Arifin Panigoro, mengatakan saat ini masyarakat belum terbiasa dengan fluktuasi harga BBM. Untuk itu, pemerintah sebaiknya mematok harga untuk periode tertentu dengan memperhitungkan harga keekonomian dan beban masyarakat.

“Mungkin akhirnya harus ada kompromi, daripada setiap hari diubah. Masyarakat kan belum terbiasa untuk mengikuti fluktuasi harga BBM,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/4/2015).

Arifin menuturkan untuk sementara pemerintah dan badan usaha milik negara (BUMN) yang menyalurkan BBM harus siap dengan konsekuensi saat harga minyak dunia naik.

Advertisement

Meski begitu, pemerintah harus mulai membiasakan penerapan fluktuasi harga BBM untuk melepas subsidi.

Menurut Arifin, saat ini Indonesia menjadi salah satu negara yang diuntungkan dengan tren harga minyak dunia yang turun. Pasalnya saat ini Indonesia menjadi net importer minyak, karena produksi dalam negeri yang terus menurun.

“Mumpung harga minyak dunia lagi murah, sekarang kan turun lagi harganya karena persaingan Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Rusia. Indonesia diuntungkan kok, karena harganya terus turun,” ujar dia.

Advertisement

Sebelumnya, pemerintah menaikkan harga premium menjadi Rp7.300 per liter, dari yang sebelumnya Rp6.800 per liter. Kemudian solar menjadi Rp6.900 per liter, dari yang sebelumnya Rp6.400 pe liter.

Keputusan tersebut diambil karena dinamika dan perkembangan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dengan tetap memperhatikan kestabilan sosial ekonomi, pengelolaan harga, dan logistik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif