Soloraya
Minggu, 5 April 2015 - 22:30 WIB

KISAH TRAGIS : Rumah Nyaris Ambruk, Nenek di Klaten Ini Jual Anjingnya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah milik Tuminen, 65, warga Dukuh Tirtomoyo, Desa Bumiharjo, Kemalang, Klaten ditopang dua bambu lantaran nyaris roboh setelah tak mampu menahan guyuran hujan tiga pekan lalu. Foto diambil Sabtu (4/4/2015). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Kisah tragis ini muncul di lereng Merapi, tepatnya Bumiharjo, Kemalang, Klaten.

Solopos.com, KLATEN — Desakan kebutuhan hidup membuat nenek asal Klaten ini terpaksa melepas sesuatu yang sangat dicintainya. Itu pun belum cukup untuk memperbaiki rumah reyotnya yang nyaris ambruk.

Advertisement

Duduk di pondasi kandang sapi, Tuminem, 65, nama nenek asal Dukuh Tirtomoyo, RT 015/RW 005, Desa Bumiharjo, Kemalang, Klaten, itu terengah-engah seusai menempatkan rumput yang ia gendong dari hasil pencarian di sekitar Kemalang, Sabtu (4/4/2015) sore.

Sesekali wanita berstatus janda tersebut menghalau keringat di wajahnya menggunakan selendang. Sore itu, Tuminem mengenakan kaos dan celana kolor lusuh serta berjalan tanpa mengenakan alas kaki.

Sekitar 5 meter dari tempat duduknya, berdiri sebuah rumah yang 11 tahun terakhir menjadi tempat tinggal Tuminem dan putranya bernama Tulasno, 23. Rumah berdiri di tanah milik keponakannya yang kini tinggal di Desa Sidorejo, Kemalang. Rumah yang ditempati Tuminem berukuran 9 meter x 6 meter, berlantai tanah, serta berdinding bambu.

Advertisement

Kondisi rumah tersebut sudah reyot dan tak mampu menahan guyuran hujan deras tiga pekan lalu. Agar tak roboh, Tuminem dan putranya dibantu warga setempat berinisiatif memasang bambu sebagai penopang tiang penyangga serta dinding rumah yang sudah miring. “Tiang penyangga rumah sudah rusak. Sebenarnya bambu untuk menyangga tiang dan dinding rumah banyak. Tetapi, saya kurangi karena tidak enak dengan masyarakat sekitar,” tutur Tuminem.

Meski sewaktu-waktu rumah yang ia tempati ambruk, Tuminem memilih tetap tinggal di dalamnya. “Sudah diingatkan untuk meninggalkan rumah ketika ada hujan. Tetapi, saya lebih nyaman di dalam biar terocoh tidak apa-apa yang penting di rumah sendiri. Sebenarnya was-was juga,” ungkapnya.

Tak hanya sekali ini rumah milik Tuminem nyaris roboh. Sekitar lima tahun lalu, dinding dan tiang penyangga rumah miring setelah terjadi erupsi Gunung Merapi. Berkat bantuan dari masyarakat serta pemerintah desa setempat, rumah diperbaiki. Kini, rumah Tuminem kembali reyot dan belum masuk dalam program rehab rumah tak layak huni (RTLH).

Advertisement

Penghasilan yang tak menentu membuat Tuminem tak mampu memperbaiki rumahnya. Penghasilan dari memelihara seekor sapi milik salah satu perangkat desa baru didapatkan setelah sapi dijual. Sementara itu, putranya hanya bekerja sebagai sopir truk panggilan. “Kalau ada yang mencari pasir, ya anak saya bekerja. Penghasilannya juga tidak menentu,” tutur Tuminem.

Bayan Desa Bumiharjo, Damai, mengungkapkan selama ini Tuminem dan putranya hidup dengan penghasilan pas-pasan. Soal bahan bangunan yang berada di depan rumah sang nenek, menurut Damai, menuturkan dibeli dari hasil penjualan dua ekor anjing yang selama ini dipelihara Tuminem. “Dia memiliki dua ekor anjing yang laku dijual Rp800.000 untuk membeli bahan bangunan,” ungkapnya.

Damai mengaku pemerintah desa setempat sudah berupaya mengusulkan rumah Tuminem masuk dalam program RTLH. Hanya, lantaran kuota yang minim rumah itu tak kunjung mendapat bantuan dari pemerintah.

Terkait bantuan dari pihak lain, Damai menjelaskan selama sepekan terakhir bantuan terus mengalir dari lembaga sosial atau perorangan yang empati setelah mendengar kabar kondisi rumah Tuminem. Bantuan itu berupa uang serta bahan makanan. Bantuan berupa duit bakal diwujudkan dengan pembelian semen guna membangun rumah Tuminem. “Sukarelawan juga sudah siap membantu membangun rumah Tuminem. Rencananya mau dibangun Sabtu [11/4/2015],” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif