News
Minggu, 5 April 2015 - 17:30 WIB

HARGA BBM : Pemerintah Sebut Harga BBM Mengambang Tahan Inflasi, Kok Bisa?

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivis KAMMI berdemo di Banten, Kamis (2/4/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Asep Fathulrahman)

Harga BBM yang mengambang sering dikhawatirkan bakal melambungkan inflasi dinilai berbeda oleh pemerintah.

Solopos.com, JAKARTA — Sekalipun tren harga minyak dunia terus naik dan berpotensi menyebabkan inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia tetap menerapkan harga mengambang untuk BBM jenis premium dan solar. Kebijakan ini dinilai sudah tepat untuk dapat menahan inflasi sepanjang tahun stabil rendah.

Advertisement

Seusai rapat koordinasi inflasi bersama sejumlah kementerian teknis, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia, Kamis (2/4/2015) malam, Menko Perekonomian Sofyan Djalil menuturkan inflasi Maret 2015 yang mencapai 0,17% belum mengkhawatirkan. “Yang kita harus lihat itu total sepanjang tahun. Secara overall, inflasi masih oke,” ungkapnya.

BPS merekam sepanjang dua bulan pertama tahun ini terjadi deflasi masing-masing 0,24% dan 0,36%, terdampak penurunan harga BBM pascakenaikan pada November tahun lalu. Inflasi tahunan pada Februari tercatat melandai ke posisi 6,29% dan inflasi inti 4,96%.

Level inflasi tersebut berada di bawah perkiraan pasar sebesar 0,2%. Kenaikan harga premium dan bahan pangan, termasuk beras, menjadi pemicu inflasi di tengah mulainya musim panen dan penurunan harga gabah di tingkat petani.

Advertisement

Sofyan Djalil berargumen secara teoritis dan pengalaman di negara-negara lain, fluktuasi harga barang-barang yang diatur oleh pemerintah (administered price) tidak akan menerbangkan inflasi. Alasannya, pelaku usaha sudah mempertimbangkan dan menghitung (price in).

“Kalau dulu karena harganya lama ditahan, jadi ketika BBM naik Rp1.000 per liter bisa nambah inflasi 1%. Tapi itu dulu, ingat, bukan kondisi sekarang. Ya karena harganya memang ditahan,” tegas Sofyan Djalil.

Senada, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan preseden inflasi pada Maret membuktikan pengaruh harga bahan bakar sudah mulai pudar. Pasalnya, Perry menuturkan pada Maret komponen indeks harga bahan bakar masih negatif alias deflasi.

Advertisement

“Kebijakan saat ini adalah ini salah satu kebijakan yang lebih bagus, dalam arti bahwa inflasi lebih terkendali. Kalau yang dulu, begitu naik, itu langsung gede banget dan dampak terhadap harga angkutan sangat besar,” ujarnya.

Dia menuturkan langkah pemerintah yang mengubah harga tiap beberapa pekan sekali sudah tepat karena dapat mengurangi volatilitas harga BBM meski tetap mengikuti harga keekonomian.

BI sendiri memperkirakan harga minyak mentah dunia akan berada pada kisaran US$55 per barel pada 2015. Dengan demikian, bank sentral tetap optimis inflasi tahunan akan berada dalam rentang target 4% +/- 1%.

Deputi Statistik Jasa dan Distribusi BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan panen raya yang bergeser dari Maret ke April turut menjadi kontributor inflasi bulan lalu. Namun, dia menuturkan inflasi pada April kemungkinan berada pada level yang tidak jauh berbeda ketimbang bulan sebelumnya meski ada kenaikan harga premium dan solar pada akhir Maret.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif