Jatim
Sabtu, 4 April 2015 - 15:05 WIB

GERHANA BULAN TOTAL : Luar Biasa, Gerhana Bulan Ternyata Bisa Menyindir Perilaku Manusia

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gerhana matahari terlihat dari lapangan tenis Qizhong di Shanghai, Tiongkok, (JIBI/Reuters/Aly Song)

Gerhana bulan total yang terjadi Sabtu (4/4/2015) mulai pukul 17.15 WIB, menyimpan makna mendalam. Salah satunya menyindir tingkah laku manusia.

Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Fenomena alam berupa gerhana bulan bagi sejumlah kalangan adalah kejadian alamiah. Begitu pun bagi sebagian kalangan agamawan, kejadian tersebut sebagai penanda kebesaran Sang Pencipta alam.

Advertisement

Namun, di mata budayawan sekaligus Kiai Mbeling asal Jombang, Jawa Timur, Emha Ainun Nadjib, fenomena alam tersebut juga memiliki makna lain. Tokoh yang dikenal dengan sebutan Cak Nun ini menafsirkan gerhana bulan sebagai sindirian  atas perilaku manusia yang egois.

Berdasarkan penelusuran Madiun Pos dari sejumlah buku karya Cak Nun, fenomena gerhana bulan selalu dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Gerhana bulan, kata Cak Nun, adalah gambaran nafsu bumi yang menutupi cahaya matahari. Akibatnya, malam menjadi gelap karena bulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari.

Advertisement

Berdasarkan penelusuran Madiun Pos dari sejumlah buku karya Cak Nun, fenomena gerhana bulan selalu dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Gerhana bulan, kata Cak Nun, adalah gambaran nafsu bumi yang menutupi cahaya matahari. Akibatnya, malam menjadi gelap karena bulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari.

Nafsu bumi adalah simbol manusia-manusia yang penuh dengan keserakahan. Mentari adalah gambaran petunjuk  Tuhan. Akibat nafsu manusia di bumi, hidayah Tuhan tidak mampu merasuk ke ubun-ubun manusia, bahkan ditutupi oleh keserakahan hawa nafsunya.

Penafsiran ala Cak Nun itu menemukan konteksnya dari kian rapuhnya  roh nasionalisme bangsa, banyaknya pejabat yang tega menggadaikan identitas bangsa demi kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu, serta aneka perebutan kepentingan pribadi dan golongan di atas kepentingan bangsa, nusa, dan bangsa.

Advertisement

Kebenaran, kata Cak Nun, menjadi sesuatu hal yang naif, diejek-ejek, dihardik dan difitnah di sana-sini. Rakyak miskin semakin bertambah miskin, tidak ada perubahan yang pasti, sedangkan yang kaya tetap mempertahankan kekayaannya dengan terus mengeksploitasi hak-hak rakyat miskin dan anak-anak yatim piatu yang tidak bersalah.

Situasi malam gerhana rembulan semakin menjadi gelap dan sunyi, karena yang satu dengan yang lainnya tidak saling mengenal dan menyapa. Mereka hanya mementingkan diri sendiri atau egois, tidak perduli dengan sesama, bahkan tega melupakan saudaranya yang lain.

Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang mampu memberikan pantulan cinta kasih Tuhan kepada semua manusia tanpa ada diskriminasi, egoisitas dan sikap tak acuh terhadap sesama.

Advertisement

Dalam sebuah buku-bukunya,  ulasan Cak Nun selalu mencoba memberi jalan untuk memasuki lorong kesadaran yang paling dalam kepada sesama yang selama ini telah tergerus oleh nafsu-nafsu serakah mementingkan diri sendiri.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif