News
Sabtu, 4 April 2015 - 19:24 WIB

FENOMENA ALAM : Gerhana Bulan, Umat Islam Pamekasan Tabuh Kentongan dan Salat

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto kolase gerhana bulan, Rabu (8/10/2014) malam. (JIBI/Solopos/Dok)

Fenomena alam gerhana bulan total terjadi Sabtu (4/4/2015) malam. Umat Islam di Pamekasan menabuh kentongan.

Solopos.com, MADURA — Umat Islam di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Sabtu malam, serentak menggelar shalat gerhana di sejumlah masjid di wilayah itu.

Advertisement

Umumnya takmir masjid yang mengumumkan hendak melaksanakan shalat gerhana bulan ini adalah masjid yang dikelola ormas Islam Muhammadiyah, Al-Irsyad dan ormas Persatuan Islam (Persis) Pamekasan.

Tidak hanya masyarakat, aktivis mahasiswa Islam di Pamekasan juga menggelar shalat gerhana bulan yang terjadi malam ini.

“Kalau kami sengaja menggelar shalat gerhana di Kantor Sekretariat HMI,” kata Ketua HMI Komisariat STAIN Pamekasan, Maliq kepada Kantor Berita Antara, Sabtu (4/4/2015) malam.

Advertisement

Berdasarkan data astronomi, pada tanggal 14 Jumadil Akhir 1436 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 4 April 2015 mulai pukul 17.15 WIB di Indonesia akan terjadi gerhana bulan total.

Hampir seluruh kawasan Indonesia dapat mengamati gerhana ini. Puncak gerhana bulan total itu akan terjadi Sabtu pukul 19.01 WIB dan selesai pukul 20.44 WIB.

Wartawan Antara di Pamekasan melaporkan shalat gerhana bulan yang digelar umat Islam di masing-masing masjid itu layaknya shalat Idulfitri, yakni dengan menggunakan pengeras suara.

Advertisement

Beberapa masjid juga terdengar mengumandangkan gema takbir seperti takbir pada malam lebaran.

Sementara di perdesaan, sebagian warga ramai menabuh kentongan, di berbagai rumah tangga sebagai bentuk pemberitahuan bagi warga lainnya bahwa telah terjadi gerhana bulan.

Salah satunya seperti di Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan.

Warga di desa itu, menabuh kentongan dengan cara bergerombol dan keliling desa. “Setiap ada gerhana bulan memang seperti itu, dan tradisi ini telah berlangsung turun temurun,” tutur warga setempat Sahama.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif