Jatim
Senin, 30 Maret 2015 - 15:05 WIB

UPAH BURUH : Unik, Buruh Tani di Ponorogo Tak Dibayar Pakai Uang, Lalu Pakai Apa?

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi panen raya (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

Upah buruh pada umumnya dibayar memakai uang sebagai alat penukaran yang efektif. Tapi, para buruh di Ponorogo tak demikian.

Madiunpos.com, PONOROGO – Memasuki musim panen raya, warga Kelurahan Gundik, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo menyambut penuh gembira. Pasalnya, musim panen membuat warga setempat yang berprofesi sebagai buruh tani turut menikmati padi yang menguning di sawah.

Advertisement

“Senang sekali. Ngene iki kan akeh wong derep ampreh oleh gabah akeh [seperti ini kan banyak sekali orang menjadi buruh agar dapat gabah banyak],” kata Yatinem, 46, salah satu warga Desa Gundik yang kerap ikut memanen padi kepada Madiun Pos akhir pekan lalu, (23/03/2015).

Kegembiraan Yatinem memang sangat beralasan. Pasalnya, cukup dengan menjadi buruh tani atau akrab disebut derep, ia bisa ikut mendapatkan gabah juga.

Di kota ini, pekerja yang memanen padi tidak dibayar dengan uang. Mereka lebih senang jika upah memanen padi diberikan dalam bentuk gabah. Hal ini sudah membudaya selama bertahun-tahun lamanya dan merupakan warisan leluhurnya.

Advertisement

“Bayarnya kan pakai padi juga. Jadi lebih menguntungkan,” lanjut Yatinem sambil mengeringkan gabah di depan rumahnya.

Upah dalam bentuk gabah ada hitungan sendiri, yakni delapan banding satu. Setiap kali berhasil memanen delapan kilogram padi, maka bagian mereka adalah 1 kilogramnya. Dengan perhitungan ini, menurut Yatinem, sangat menguntungkan kedua belah pihak.

Pertama, pemilik lahan tak perlu repot-repot mengeluarkan uang lagi untuk membayar para buruh. Sebaliknya, para buruh tani juga bisa termotivasi untuk bekerja keras.

Advertisement

Menuru Yatinem, rata-rata buruh tani bisa memanen gabah sampai 30 kg. Anggapa saja, jika harga gabah per kilo gramnya Rp3.500, maka buruh tani sama saja mendapatkan hasil  Rp105.000.

Derep ki yo abot banget lo, dadi bayarane yo lumayan akeh [buruh tani itu sangat berat, makanya bayarannya lumayan banyak]” tambah Yatinem dengan keringat bercucuran.

Meski demikian, sambungnya, jika gagal panen alias padi yang mereka panen berkualitas jelek, para buruh akan meminta bayaran uang. Rata-rata, mereka biasa menerima bayaran sekitar Rp80.000/ hari. (Fuad Arrahman/JIBI/Madiunpos.com)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif