News
Senin, 30 Maret 2015 - 06:30 WIB

LONGSOR SUKABUMI : 12 Jasad Terkubur Tanah Longsor Ditemukan, Begini Kisah Lengkapnya...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanah longor (JIBI/Solopos/Antara)

Longsor Sukabumi sebabkan 12 warga tertimbun longsor. Jasad ke-12 orang itu berhasil ditemukan.

Solopos.com, SUKABUMI — Sebanyak 12 orang ditemukan meninggal dunia karena tertimbun tebing longsor di Kampung Cimerak, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) , Minggu (29/3/2015) petang, memastikan seluruh korban tewas akibat longsor di Sukabumi, Jawa Barat itu sudah ditemukan.

Advertisement

Update longsor Sukabumi pukul 17.32 WIB, semua korban yang tertimbun longsor sudah ditemukan semua. Jumlah korban 12 jiwa meninggal dunia,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya, Minggu.

Sebanyak 12 korban tewas yang ditemukan akibat longsor di Kampung Cimerak adalah Maya, 13; Aisyah, 50; Sopardi alias Opan, 56; Dede, 40; Elsa, 15; Egi, 6; Jamilah/Nyinyin, 37; Lisdiawati, 4; Lilis, 36; Abdul Muti, 42; Aldi, 12, dan Deni, 40. Mereka ditemukan oleh tim SAR gabungan dari TNI/Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Basarnas, dan sukarelawan.

Advertisement

Sebanyak 12 korban tewas yang ditemukan akibat longsor di Kampung Cimerak adalah Maya, 13; Aisyah, 50; Sopardi alias Opan, 56; Dede, 40; Elsa, 15; Egi, 6; Jamilah/Nyinyin, 37; Lisdiawati, 4; Lilis, 36; Abdul Muti, 42; Aldi, 12, dan Deni, 40. Mereka ditemukan oleh tim SAR gabungan dari TNI/Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Basarnas, dan sukarelawan.

Sementara itu, 290 orang mengungsi ke balai desa, tenda pengungsi, dan ke tempat kerabat mereka. Sedangkan, tim gabungan termasuk alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor.

Longsor disebabkan oleh hujan deras, Sabtu (28/3/2015). Diduga tanah di permukiman warga labil sehingga tidak bisa menahan aliran air. Seluruh korban ditemukan dengan jasad utuh walaupun ada luka akibat tertimpa bangunan dan tanah.

Advertisement

Ia mengaku sangat beruntung rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari lokasi kejadian tidak terkena dampaknya. Meski demikian, ia merasa cemas dengan nasib keluarga pamannya yang tinggal tak jauh dari longsoran.

“Semalam [Sabtu] saya berada di kamar. Suara gemuruh seperti batu besar runtuh terdengar beberapa kali. Saya langsung naik ke atas bangunan rumah melihat ke arah suara, sempat terdengar suara minta tolong dan rintihan dari sana. Saya enggak berani mendekat lokasi karena di sekitar sana yang biasanya terang oleh lampu jadi gelap gulita, saya dan ibu serta adik saya yang masih kecil langsung berhamburan keluar,” cerita Rudi.

Saat itu, Rudi sadar telah terjadi longsoran hebat. Ia terbayang nasib keluarga pamannya, Sopardi. Sopardi tinggal bersama istri dan anaknya yang berusia 12 tahun bernama Aldi.

Advertisement

“Terdengar kentungan bertalu-talu, lalu ada petugas dari desa Tegal Panjang yang meminta kami menjauh dari lokasi. Saya sempat memaksa untuk mendatangi lokasi namun dilarang karena berbahaya dan khawatir ada longsor susulan,” lanjut Rudi.

Baru Minggu pagi Rudi berani mendatangi lokasi. Ia melihat rumah pamannya rata dengan tanah.

Dalam peristiwa itu, 11 rumah rata dengan tanah akibat tertimbun longsor dan puluhan lainnya terancam. Warga yang rumahnya terancam longsor mengungsi ke tempat aman.

Advertisement

Namun, sebagian warga korban longsor belum ingin direlokasi dari permukimannya. “Kami masih bingung untuk mencari nafkah jika direlokasi karena selama ini mata pencaharian kami di kampung ini,” kata salah seorang korban selamat, Hendri.

Takut Pulang
Dia bekerja sebagai kuli di kampungnya. Dia belum mengetahui apa langkah Pemkab Sukabumi selanjutnya jika pemerintah memilih untuk merelokasi. Dia dan keluarganya siap pindah asalkan bisa mencari nafkah.

Saat kejadian, Hendri tidak mengetahuinya walaupun rumahnya berdekatan dan rumah korban. “Kami masih takut pulang ke rumah apalagi turun hujan yang bisa saja longsor susulan terjadi,” katanya.

Wakil Bupati Sukabumi Ahmad Jajuli mengatakan tim geologi masih melakukan penelitian terkait longsor ini dan apakah masih layak dijadikan tempat pemukiman atau tidak. Jika hasilnya membahayakan masyarakat apalagi di atas permukiman terdapat tebing setinggi 30 meter penyebab terjadi longsor yang menimbun 10 warga sekitar.

“Jika dilihat dari lokasi sudah tidak layak untuk dijadikan permukiman tetapi relokasi tidak akan mudah karena banyak aspek seperti apakah warga mau atau tidak, tempat relokasi yang tepat, dan biaya yang tidak sedikit. Bagaimana pun nyawa warga lebih berarti dibandingkan dengan nilai biaya,” katanya. (JIBI/Solopos/Detik/Antara)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif