News
Senin, 30 Maret 2015 - 05:30 WIB

Film Indonesia Kalah Saing di Bioskop, Ini Penyebabnya?

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penganugerahan Piala Citra FFI 2014, Sabtu (6/12/2014) malam. (JIBI/Solopos/Antara/Feny Selly)

Nasib film Indonesia kalah saing di bioskop.

Solopos.com JAKARTA — Bioskop kerap dianggap menganaktirikan film Indonesia karena lama penayangan film lokal sering kalah saing ketimbang film impor. Film Hollywood bisa saja bertahan hingga beberapa pekan, sementara ada film Indonesia yang hanya tayang selama beberapa hari akibat minimnya penonton.

Advertisement

“Menurunkan film Indonesia ini dilema,” kata Catherine Keng dari jaringan bioskop 21 dalam diskusi “Peluang dan Jalur Distribusi Film Indonesia” di Film and Art Celebration 2015 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Minggu (29/3/2015) sebagaimana dikutip dari Antara.

Dia mengatakan pihaknya berupaya untuk berpihak kepada karya anak bangsa. Ketika sebuah film Indonesia tidak banyak diminati penonton, film itu tidak serta merta diturunkan dari semua layar bioskop.

“Kalau masih ada penonton, lokasi dikurangi pada hari ke-4 dan ke-5, jumlah penayangannya juga dikurangi,” jelas dia.

Advertisement

Kebijakan tersebut dilakukan sebagai jalan tengah di antara desakan bisnis dan keinginan untuk mendukung film Indonesia di negeri sendiri. Jika prioritasnya adalah bisnis, Catherine mengatakan film Indonesia akan “gugur semua” ketika penontonnya sedikit.

Tidak Sebanding

Lantas, mengapa peminat film Indonesia tidak sebanyak film asing, seperti Hollywood? Menurut Catherina, salah satu penyebabnya adalah anggapan bahwa film Indonesia kurang bermutu. Ketika film-film Indonesia yang ditayangkan tidak berkualitas,  penonton kapok kembali ke bioskop.

Advertisement

Selama ini, bioskop tidak punya keleluasaan untuk memilih-milih film mana yang boleh ditayangkan. Selama persyaratan terpenuhi, misalnya soal administrasi, film apa pun dapat ditampilkan.

“Kami kewalahan menghadapi dan melayani permintaan karena dengan teknologi canggih, siapa pun bisa bikin film,” ungkap dia.

Dia menegaskan belum ada pihak berwenang yang memutuskan mana film yang pantas masuk bioskop. Selama ini, tahap penyaringan film hanya dikerjakan Lembaga Sensor Film.

“LSF hanya sensor konten dari moral dan umur, tapi tak ada tim kurasi yang bantu menyeleksi estetika film,” imbuh dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif