Soloraya
Sabtu, 28 Maret 2015 - 06:30 WIB

DEMAM BATU AKIK : Inilah Bahaya Perburuan Batu Lavender di Gunung Bapang Sukoharjo

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kalis Dwi Saputra, 17, menunjukkan batu akik lavender dan batu lavender mentah di rumahnya di Tegalmojo RT 001/RW 002, Kedungsono, Bulu, Sukoharjo, Kamis (26/3/2015). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Demam batu akik membuat orang mencari ladang baru. Meski ditutup, ladang batu lavender Gunung Bapang masih dijamah.

Solopos.com, SUKOHARJO — Ladang batu lavender di Gunung Bapang, Kedungsono, Bulu, Sukoharjo, memang menjanjikan secara ekonomi. Namun, bahaya yang ditimbulkannya cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya, khususnya masyarakat yang tinggal di bawahnya.

Advertisement

Masalah lain, ladang batu lavender di Gunung Bapang merupakan lahan milik negara. Kondisi tersebut membuat warga tidak dapat leluasa mengeksploitas lantaran khawatir tindakan mereka dianggap melanggar aturan.

Eksplorasi dikhawatirkan membahayakan keselamatan warga Ngemplak yang berada di bawah Gunung Bapang. Kepala Desa Kedungsono, Supriyadi meyakini apabila eksplorasi dilakukan dengan tata kelola yang baik kekhawatiran tersebut dapat diminimalisasi. Oleh karena itu dia berharap Pemdes Kedungsono dan warga dapat mengelolanya.

“Kalau dikelola dengan baik tentu akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Kedungsono. Jangan sampai potensi alam ini justru diambil orang dari luar Kedungsono atau malah dari luar Sukoharjo,” terang Supriyadi di kantornya, Kamis (26/3/2015).

Advertisement

Dia melanjutkan saat ini masih ada orang yang secara diam-diam mencari batu lavender di Gunung Bapang meski lokasi telah ditutup. Sebenarnya, kata dia, penggalian tidak menjadi masalah jika diatur sedemikian rupa. Dia mencontohkan penggalian harus memperhatikan limbah batu hasil galian agar tidak menggelinding. Satu buah saja batu menggelinding, kata dia, dapat membahayakan warga, seperti warga yang sedang mencari rumput atau kayu.

Warga Dukuh Nanggulan, Kedungsono, Slamet, mengaku sebelumnya turut mencari batu lavender di Gunung Bapang. Namun saat ini dia tak lagi menggali karena beberapa faktor. Dia mengaku tak ingin membahayakan warga Ngemplak yang bermukim di bawah Gunung Bapang. Selain itu sulitnya medan untuk mencapai ladang batu lavender menjadi kendala.
“Lerengnya sangat curam,” kata dia.

Pemdes Kedungsono dan warga desa ingin mengelola ladang batu mulia jenis lavender yang tersimpan di Gunung Bapang. Pemdes meyakini apabila dikelola dengan sistem yang baik batu berharga itu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Kedungsono.

Advertisement

Supriyadi mengatakan terkuaknya potensi alam Gunung Bapang dekat Dukuh Ngemplak, Desa Kedungsono, berupa batu lavender membawa harapan baru bagi masyarakat. Batu yang dapat dijadikan batu akik itu digadang-gadang dapat mengangkat nama Kedungsono sebagai tempat berdiamnya batu yang saat ini digandrungi banyak orang.

Batu tersebut menurut Supriyadi memiliki nilai ekonomi cukup menjanjikan. Meski belum ada penelitian ilmiah, kata dia, namun kenyataannya batu tersebut sudah menjadi incaran pehobi batu akik. Bahkan, batu lavender asal Gunung Bapang sudah menjadi ciri khas.

“Orang menyebut batu lavender dari Kedungsono sebagai batu lavender khas Gunung Bapang,” kata Supriyadi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif