Jatim
Rabu, 25 Maret 2015 - 19:05 WIB

PERTANIAN JATIM : Cuaca Bakal Dongkrak Produksi Jagung dan Kedelai

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Optimalisasi lahan Perhutani di Madiun, Senin (9/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Pertanian Jatim dipengaruhi cuaca yang memungkinkan terdongkraknya produksi jagung dan kedelai.

Madiunpos.com, SURABAYA — Meskipun Badan Pusat Statisik (BPS) Jawa Timur melaporkan terjadinya penurunan produksi jagung di provinsi ini pada tahun 2014 lalu, Kementerian Pertanian optimistis cuaca tahun 2015 ini akan membuat produksi tanaman pangan tersebut kembali naik.

Advertisement

Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian mengatakan tidak hanya jagung, kedelai juga akan mengalami kenaikan produksi pada 2015. Sebab, luas panen dan produktivitas di sentra produksi seperti Jatim diyakini meningkat.

“Kondisi cuaca panas pertengahan 2014 sangat menguntungkan petani jagung dan kedelai. Kami optimistis tahun ini ada kenaikan produksi. Jagung bisa sampai 20 juta ton dari total kebutuhan 19 juta ton,” katanya dalam pernyataan resmi Sekdaprov Jatim, Selasa (24/3/2015).

Untuk kedelai, dia memproyeksikan produksi tahun ini dapat menembus 1,2 juta ton dari total kebutuhan 2,2 juta ton. Meskipun demikian, dia mengatakan impor kedelai masih belum dapat disetop karena kenaikan produksi belum mampu mencukupi permintaan domestik.

Advertisement

Ponorogo Merosot
Berdasarkan data BPS Jatim, produksi jagung di provinsi ini diketahui mencapai 5,74 juta ton dalam bentuk pipilan kering, turun 0,41% dari 2013. Menurut otoritas statistik, lesunya produksi jagung Jatim dipicu turunnya produktivitas sejumlah 0,64% menjadi 0,31 kuintal/ha.

Luas panen di jagung Jatim tahun lalu bertambah 2.760 hektare, naik 0,23% dibandingkan 2013. Kabupaten yang mengalami kenaikan produksi tertinggi adalah Ngawi (naik 55,41%), Lamongan (19,91%), Pasuruan (22,51%), Gresik (28,46%), dan Pamekasan (15,69%).

Kabupaten yang turun produksi jagungnya a.l. Ponorogo (turun 27,04%), Sumenep (-11,54%), Malang (-19,75%), Situbondo (-20,58%), dan Lumajang (-40,96%). Beberapa kabupaten terpantau mengalami peralihan lahan ke tanaman yang lebih menguntungkan.

Advertisement

Kepala BPS Jatim Sairi Hisbullah mencontohkan di Kabupaten Ponorogo terjadi pergeseran pola tanam dari jagung ke padi dan kedelai, sedangkan di Malang bergeser ke tebu. Penyebab lainnya adalah turunnya ketersediaan pupuk Urea, SP36, dan ZA saat dibutuhkan petani.

“Alih lahan sih memang iya, tapi di Jatim permasalahan utamanya adalah penurunan jumlah petani yang melakukan penanaman komoditas ini. Selama 10 tahun terakhir, penurunan petani jagung di Jatim itu lumayan besar,” ungkapnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI).

Lumbung Jagung
Tren penurunan produksi jagung dari tahun ke tahun, yang berbanding terbalik dengan peningkatan produksi padi dan kedelai dinilainya sebagai hal yang perlu dicermati pemerintah pusat. Pasalnya, Jatim adalah salah satu lumbung jagung terbesar Indonesia.

“Tapi sejauh ini, saya rasa, penurunannya hanya sedikit sekali. Bukan apa-apa [hal yang perlu dikhawatirkan]. Penurunan produksi jagung di Jatim tahun lalu, lebih terkait dengan faktor-faktor musim saja.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif