Soloraya
Rabu, 25 Maret 2015 - 01:10 WIB

BENCANA ALAM SUKOHARJO : Diterpa Hujan dan Angin, Jembatan Brangkal Putus

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jembatan Brangkal yang terletak di Desa Lawu, Kecamatan Nguter, Sukoharjo putus pada Senin (24/3/2015) pukul 18.30 WIB. Akibatnya, warga terpaksa harus memutar sekitar 15 kilometer lebih jauh. (Okkie Pritha Cahyani/JIBI/Solopos)

Bencana alam Sukoharjo berupa angin kencang dan angin mengakibatkan jembatan di Desa Lawu, Nguter, Sukoharjo putus.

Solopos.com, SUKOHARJO — Jembatan Brangkal di Desa Lawu, Kecamatan Nguter, Sukoharjo putus, Senin (23/3/2015) pukul 18.30 WIB. Diduga akbibat bencana alam berupa angin kencang disertai hujan yang deras yang menyebabkan jembatan sepanjang 120 meter tak bisa lagi dilewati.

Advertisement

Jembatan yang terbuat dari bambu dan hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor ini merupakan akses terdekat dari Kecamatan Bulu ke Kecamatan Sukoharjo. Bagian jembatan yang putus sepanjang mencapai 14 meter. Akibatnya putusnya jembatan karena bencana alam ini, warga terpaksa harus memutar lebih jauh.

Jembatan yang kerap dilewati hingga 700 orang setiap harinya ini telah ditutup sejak Senin (23/3/2015) sekitar pukul 19.30 WIB. Salah satu warga Desa Lawu, Nardi, 55, mengatakan jembatan ini kerap dilalui warga sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB.

“Semoga jembatan ini bisa segera diperbaiki agar layak digunakan para penyebrang,” ungkapnya.

Advertisement

Kepala Desa Lawu, Mulyadi, mengatakan baru kali pertama jembatan itu putus. Sebelumnya, hanya terjadi kerusakan kecil pada bambunya. Jembatan itu sebetulnya akan direnovasi Pemkab Sukoharjo. Pengukuran jembatan pun sudah dilakukan. Sayang, jembatan keburu putus. “Jembatan ini akan kami perbaiki untuk sementara, karena ini merupakan jalur transportasi vital yang kerap digunakan warga,” kata Mulyadi kepada wartawan di kantornya.

Mulyadi telah melaporkan kejadian ini ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sukoharjo. Jembatan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat pada 2006 ini telah menghabiskan Rp30 juta. “Hari ini anak-anak sekolah yang biasa melewati jembatan ini terpaksa memutar ke Tawangsari atau Selogiri,” ujarnya.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif