News
Senin, 23 Maret 2015 - 12:45 WIB

SOLOPOS HARI INI : Soloraya Hari Ini: Endang Pimpin PDIP Karanganyar hingga Tiga Polisi Sragen Dihukum

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Senin, 23 Maret 2015

Solopos hari ini memberitakan kabar-kabar terkini di Soloraya.

Solopos.com, SOLO – Posisi Ketua DPC PDIP Karanganyar akhirnya diisi oleh nama baru. Endang Muryani muncul sebagai penerima surat keputusan (SK) sebagai Ketua DPC PDIP Karanganyar.

Advertisement

Kabar ini menjadi headline halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Senin, 23 Maret 2015.

Kabar lain, Sejumlah warga mengeluhkan mahalnya harga elpiji 3 kilogram (kg) yang mencapai Rp20.000. Hrga elpiji 3 kg itu dipicu mahalnya biaya transportasi untuk mendistribusikan elpiji hingga ke pelosok desa.

Selain itu ada pula laporan dari tiga polisi dari jajaran Polsek Sragen mendapat hukuman kurungan badan di sel tahanan khusus hingga pergelaran Solopos Kampung to Kampung.

Advertisement

Simak rangkuman berita utama halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Senin, 23 Maret 2015, berikut;

PARTAI POLITIK: Endang Pimpin PDIP Karanganyar

Posisi Ketua DPC PDIP Karanganyar akhirnya diisi oleh nama baru. Endang Muryani muncul sebagai penerima surat keputusan (SK) sebagai Ketua DPC PDIP Karanganyar.

Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, mengatakan setelah Karanganyar gagal menemukan kata mufakat dalam pemilihan ketua DPC pada konferensi cabang (konfercab), maka pe nun jukkan ketua diserahkan kepada DPP PDIP.

Advertisement

Sebelumnya, ada tiga nama calon Ketua DPC PDIP Karanganyar yang telah direkomendasikan DPP dalam konfercab yakni Sumanto, Paryono, dan Yubiharno. ”Saat ini sudah ada keputusan [surat keputusan (SK)]penunjukkan ketua, sekretaris dan bendahara DPC PDIP Karanganyar dari DPP,” kata Bambang saat dihubungi Espos, Sabtu (21/3).

(Baca Juga: Berikut Program Kerja Ketua DPC PDIP Solo Terpilih, Jadi Ketua DPD PDIP Jateng, Bambang Wuryanto Tak Merasa Turun Pangkat)

KEBUTUHAN ENERGI: Harga Elpiji 3 Kg Capai Rp20.000, Warga Mengeluh

Sejumlah warga mengeluhkan mahalnya harga elpiji 3 kilogram (kg) yang mencapai Rp20.000. Hrga elpiji 3 kg itu dipicu mahalnya biaya transportasi untuk mendistribusikan elpiji hingga ke pelosok desa.

Advertisement

Salah seorang warga Dusun Beji Desa Kedungombo, Retno, mengatakan harga elpiji 3 kg yang dibelinya di warung tak jauh dari rumahnya mencapai Rp20.000/tabung. Harga itu dinilai sangat mahal dan sulit untuk dijangkau bagi warga miskin seperti dirinya.

“Saya kaget mendapati harga elpiji 3 kg Rp20.000/tabung. Dua pekan lalu saya beli gas harganya hanya Rp17.000. Naiknya harga elpiji itu katanya karena mahalnya biaya transportasi,” ujar Retno ketika ditemui Espos, Minggu (22/3).

Dia mengatakan harga gas elpiji di daerahnya sering berubah-ubah dengan cepat. Bahkan kenaikan harga elpiji 3 kg semakin tak terkendali ketika terjadi kelangkaan elpiji. “Biasanya kalau langka harga elpiji 3 kg bisa sampai Rp22.000 sampai 24.000. Kalau sudah mahal harganya saya lebih memilih menggunakan kayu bakar untuk memasak,” kata dia.

Dia meminta dinas terkait bisa mengendalikan harga elpiji 3 kg di daerah pelosok. Menurutnya, jika elpiji mahal, masyarakat kecil yang dirugikan.

Advertisement

(Baca Juga: Kuota Kota Naik Tujuh Setengah Persen, Jatah Elpiji 3 Kg Solo Bocor, Pemkot Minta Tambahan Alokasi)

PELANGGARAN DISIPLIN APARAT: Dianggap Cederai Citra Kepolisian, Tiga Polisi Dihukum

Terbukti mencederai citra kepolisian, tiga polisi dari jajaran Polsek Sragen mendapat hukuman kurungan badan di sel tahanan khusus. Tiga anggota polisi tersebut, NR dan A yang merupakan anggota Sabhara Polres Sragen, serta Y, anggota Polsek Ngrampal.

Wakapolres Sragen, Kompol Yudhi Arto Wiyono, mengatakan ketiga anggota polisi itu sudah disidang pada Kamis (19/3). Ketiganya dilaporkan karena diduga melakukan tindakan yang merugikan masyarakat.

(Baca Juga: 3 Polisi Sragen Ini Dikurung karena Cederai Citra Polri)

SOLOPOS KAMPUNG TO KAMPUNG: Geng Neli Hebohkan Warga Solo Baru

Advertisement

Fashion show biasanya diikuti oleh para model dengan usia yang masih relatif muda. Peragaan busana juga biasa diminati kalangan anakanak hingga remaja. Namun, apa jadinya bila peserta fashion show berasal dari kalangan neneknenek yang sudah lanjut usia?

Hal itu bisa disaksikan dalam acara Solopos Kampung to Kampung yang diselenggarakan di halaman parkir The Park Mall Solo Baru, Minggu (22/3). Fashion show penuh kemeriahan diramaikan sekelompok orang lansia yang tergabung dalam Geng Nenek-Nenek Lincah (Neli) asal Kelurahan Joyotakan, Solo. Di antara kepungan pengunjung The Park, Geng Neli yang terdiri atas tiga orang ini tidak sungkan berpose, berlenggak-lenggok memperagakan busana layaknya para peragawati profesional.

Ketiga nenek-nenek ini mengenakan kebaya yang dipadu hiasan dari bahan olahan sampah seperti serbuk kayu, styrofoam, dan kertas koran. Ketiga nenek itu adalah Mbah Mur, 59, Mbah Lumayani, 54 dan Mbah Yulia, 59. Kendati sudah berusia di atas 50 tahun, penampilan tiga nenek itu terlihat luwes saat memeragakan busana kebaya yang dipadu dengan bahan olahan sampah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif