News
Minggu, 22 Maret 2015 - 18:30 WIB

HARGA KEBUTUHAN POKOK : Jelang Panen, Pemerintah Malah Bahas Impor Bawang Merah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bawang merah Brebes. (Muhammad Irsyam Faiz/JIBI/Solopos)

Harga kebutuhan pokok yang tinggi sering menjadi alasan untuk membuka keran impor. Salah satunya bawang merah.

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian menyatakan sedang melakukan pembahasan mengenai importasi bawang merah setelah harga komoditas itu tidak kunjung turun di pasaran. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan pihaknya dan Kementerian Perdagangan tengah membahas kemungkinan impor bawang merah.

Advertisement

Wacana impor muncul karena pasokan bawang menurun sehingga dikhawatirkan tak mampu memenuhi kebutuhan nasional. “Sementara masih tahap pembahasan untuk melihat kondisi apa impor atau tidak,” katanya kepada Bisnis/JIBI, Minggu (22/3/2015).

Dia mengatakan produksi bawang merah memang mengalami penurunan pada Januari-Maret karena siklus musiman. Namun pada awal April, produksi bawang merah bisa kembali memenuhi kebutuhan.

Advertisement

Dia mengatakan produksi bawang merah memang mengalami penurunan pada Januari-Maret karena siklus musiman. Namun pada awal April, produksi bawang merah bisa kembali memenuhi kebutuhan.

Meski demikian, dia mengatakan kebijakan impor masih dibahas kendati harga bawang dalam bulan ini naik lebih tinggi dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya. “Tergantung kebutuhan nasional, kalau kurang mungkin bisa bertahap [impornya] 1.000 ton, 2.000 ton. Tapi ini kami sedang bahas dulu,” katanya

Bulan ini, harga bawang merah kering di tingkat petani meningkat dari harga normal Rp16.000 per kg menjadi Rp20.000 per kg. Di pasar, harga bawang merah kering yang biasa dijual Rp22.000 per kg bahkan terpantau naik hingga Rp30.000 per kg.

Advertisement

Pasalnya, Yusni menjelaskan pihaknya masih mendata beberapa sentra selain Brebes yang mampu menyediakan pasokan untuk kebutuhan nasional sekarang ini, seperti di beberapa wilayah Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. “Meskipun memang pasokan tidak optimal karena pergiliran Brebes sedang masanya tanam padi kemarin, tapi ada substitusi daerah lain yang kalau dihitung akan cukup,” katanya.

Dia mengatakan persoalan distribusi akan jadi kekhawatiran lain apabila panen di kedua sentra tersebut tidak bisa dimobilisasi dengan baik meskipun produksi bawang sampai April akan berangsur membaik. “Jadi tidak perlu ada kekhawatiran sebetulnya dari sisi pasokan meskipun harga tinggi. Ini tinggal beberapa minggu kalau pasokan dari sentra baru mungkin terkendala distribusi,” katanya.

Pada April, Yusni mengatakan produksi akan kembali surplus hingga 15.000 ton diatas kebutuhan nasional.

Advertisement

Terlambat

Dirjen Hortikultura Kementan Hasannudin Ibrahim mengatakan kebijakan impor sebaiknya tidak dilakukan pada saat memasuki panen raya bawang seperti sekarang ini. Dia mengatakan penurunan produksi bawang pada saat ini merupakan gejala umum per tahun dan akan kembali memberikan hasil berbeda pada April.

Menurutnya, apabila izin impor bawang merah diberikan dalam waktu dekat ini, maka petani akan terpukul saat puncak panen April-Mei nanti karena bawang impor akan masuk dan merusak harga petani.

Advertisement

“Masuk sekarang [impor] itu tidak pas, kalau mau bicara itu saat Desember lalu. Kita tidak mau importir merusah harga petani kalau datangnya bertepatan pada panen raya,” katanya.

Sementara itu, Sekjen Dewan Bawang Merah Mudatsir mengatakan kendati ada pengurangan pasokan dari sentra bawang pulau Jawa, produksi awal tahun bawang merah tahun ini lebih baik dibandingkan 2013 dan 2014 lalu. Pasalnya, selama dua tahun belakangan anomali cuaca yang terjadi awal tahun mengganggu pertanaman dan menimbulkan penyakit untuk bawang merah sedangkan tahun ini kejadian tersebut tidak banyak terjadi.

Apalagi, dia mengatakan pengembangan kawasan tanam bawang merah di luar Jawa yang digagas Kementan tahun lalu akan kelihatan hasilnya pada awal April ini sehingga akan berkontribusi menstabilkan harga.

Meski demikian, dia mengatakan Maret memang menjadi puncak defisit panen dan kebutuhan hingga 15.000 ton sehingga wajar saja harga bawang terkoreksi cukup dalam. “Ditambah yang sudah panen padi akan menggilir tanamnya ke bawang merah. Awal April akan bangkit, Mei-Juni stabil lagi,” katanya.

Produksi Bawang Merah (2010-2014)
2010 : 1.048.934 ton
2011 : 893.124 ton
2012 : 964.195 ton
2013 : 1.010.773 ton
2014 : 1.061.716 ton

Sumber : angka sementara Kementerian Pertanian, Ditjen Hortikultura 2014

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif