Soloraya
Rabu, 18 Maret 2015 - 02:40 WIB

PENGANIAYAAN KLATEN : Bacok Tetangga Hingga Usus Terburai, Pelaku Diduga Sakit Jiwa

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penusukan. (cinemaknifefight.com)

Penganiayaan di Klaten kali ini menimbulkan korban jiwa akibat pembacokan.

Solopos.com, KLATEN — Pelaku pembacokan dua warga Dukuh Jiwo Kulon, Desa Trotok, Kecamatan Wedi, dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. RM. Soedjarwadi, Klaten. Hal itu dilakukan guna memastikan kondisi kejiwaan pelaku.

Advertisement

Berdasarkan keterangan yang dihimpun di RSJD, pelaku yakni Sunaryo, 40, langsung diisolasi di salah satu ruang dan diawasi selama 24 jam. Aparat dari kepolisian berjaga di luar ruang isolasi.

Kepala Staf Fungsional Medis Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, dr. Anis Sukandar, membenarkan ada pasien kiriman dari kepolisian yang tersangkut kasus penganiayaan di Jiwo Kulon. “Intinya, dari kepolisian meminta tolong dilakukan pemeriksaan apakah yang bersangkutan mengalami gangguan kejiwaan atau tidak,” jelas dia saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (17/3/2015).

Anis tak menampik ada dugaan Sunaryo mengalami gangguan kejiwaan. Hanya, pihaknya belum bisa memastikan dugaan tersebut. RSJD harus melakukan pemeriksaan secara intensif dengan membentuk tim evaluasi guna meyakinkan kondisi kejiwaan Sunaryo. “Sesuai protap, dilakukan isolasi dan diamati selama 24 jam. Kami wajib melihat dari semua segi yakni fisik dan psikologi,” ungkapnya.

Advertisement

Isolasi terhadap pasien guna memastikan gangguan kejiwaan dilakukan maksimal selama dua pekan. RSJD bakal mengeluarkan surat hasil evaluasi kepada kepolisian. Selama menjalani isolasi, pasien tak boleh ditemui keluarga. “Selama pengawasan tidak boleh ditemui pihak lain [keluarga]. Takutnya, ada intervensi ke pasien yang membuat dia berubah pikiran,” terang Anis.

Kapolres Klaten, AKBP Langgeng Purnomo, menerangkan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim RSJD terkait kondisi kejiwaan Sunaryo. Hasil tersebut menjadi pijakan pihak kepolisian guna memastikan kelanjutan kasus penganiayaan tersebut.

Sementara itu, Hartini, istri Parno yang merupakan korban meninggal dunia dari peristiwa tersebut, mengatakan kondisi suaminya seusai dibacok Sunaryo mengenaskan. Organ dalam pria yang saban hari bekerja sebagai pedagang nasi goreng itu terburai.

Advertisement

“Perutnya mengalami sobek, langsung keluar organ dalamnya. Apa yang bisa saya lakukan ya dilakukan seperti mengikat tubuh yang terluka dengan kain. Darahnya keluar terus, sementara mobil yang membawa suami saya ke rumah sakit tidak kunjung datang,” ungkapnya.

Hartini mengatakan Parno masih sadarkan diri meski mengalami luka serius seusai kejadian tersebut. “Masih sadar. Dia membaca istighfar dan meminta minum. Dia hanya bilang mak, aku arep munggah pokoke saiki. Arep ketemu bapak, arep omong [bu, saya mau naik (ke Gunung Kidul) sekarang. Mau ketemu bapak, mau mengatakan sesuatu],” tutur Hartini menirukan perkataan Parno saat masih tersadar.

Hartini juga menjelaskan selama ini tak ada permasalahan antara keluarganya dengan Sunaryo yang tinggal di seberang rumah mereka. “Justru baik hubungannya. Saling memberikan buah,” ujarnya.

Terkait penganiayaan yang menyebabkan kakaknya terluka serta menewaskan suaminya, Hartini hanya berharap pelaku mendapat hukuman setimpal meski diduga mengalami gangguan kejiwaan. Terkait pemakaman suaminya, Hartini menjelaskan Parno dimakamkan ke daerah asalnya yakni di Prengguk, Tegalrejo, Gedangsari, Gunung Kidul, DIY, Selasa. Korban meninggalkan tiga orang anak yang masing-masing berusia 19 tahun, lima tahun, serta tiga tahun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif