News
Rabu, 18 Maret 2015 - 12:45 WIB

KISAH TRAGIS : Bocah Balita Ini Butuh Rp1 M buat Cangkok Hati

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Raihan Nur Dziyabno, 2, balita yang mengidap kelainan fungsi empedu hingga menyebabkan kerusakan organ hati (Istimewa/beritajakarta.com)

Kisah tragis dialami balita bernama Raihan Nur Dziyabno. Dia mengidap kelainan fungsi empedu hingga menyebabkan kerusakan organ hati.

Solopos.com, JAKARTA – Seorang balita di Kampung Nelayan Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Raihan Nur Dziyabno, 2, mengidap kelainan fungsi empedu hingga menyebabkan kerusakan organ hati.

Advertisement

Namun, untuk dapat meneruskan pengobatan, pihak keluarga kesulitan memenuhi biaya yang diperkirakan mencapai Rp1 miliar.

Penyakit bawaan sejak lahir yang diderita Raihan disebut atresia bilier, dimana organ tubuh bagian hati rusak dan membutuhkan cangkok hati.

Advertisement

Penyakit bawaan sejak lahir yang diderita Raihan disebut atresia bilier, dimana organ tubuh bagian hati rusak dan membutuhkan cangkok hati.

Sejak lahir, balita dari pasangan Marta,56, dan Duriyati,36, kerap masuk instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit.

Sang ibu, Duriyati mengatakan selama ini biaya perobatan anak keduanya itu menggunakan BPJS. Tetapi, untuk menuntaskan pengobatan Raihan, harus dilakukan operasi cangkok hati yang diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp1 miliar. BPJS hanya menanggung Rp250 juta.

Advertisement

Sejak lahir, kata Duriyati, anaknya sudah 15 kali dirawat di RSCM, karena kondisinya terus menurun. Bahkan, pada Mei 2013, adik dari Dina Nurameliana,11, harus dirawat selama satu bulan.

Menurun

Bila kondisi kesehatan Raihan menurun, badannya mengalami demam dan bagian perut membengkak. Kondisi tersebut akibat rusaknya organ hati, sehingga tidak bisa membuang racun dalam tubuh.

Advertisement

Selama ini, karena kondisi ekonomi yang kurang, Raihan jarang dibawa ke dokter untuk memeriksakan kondisinya. Hanya saja, setiap bulan pihak keluarga mengurus surat rujukan ke puskesmas kecamatan untuk ke RSUD Tarakan. Setelah itu, pihak RSUD Tarakan baru memberi rujukan ke RSCM.

“Biasanya setiap bulan kita urus agar kalau kondisi Raihan menurun bisa langsung dirawat, makanya kita berharap ada bantuan agar bisa mengoperasi anak kami,” harapnya.

Kasudin Kesehatan Jakarta Utara, Bambang Suheri, mengatakan dalam menangani kasus Raihan, pihaknya harus mengikuti prosedur yang ada. Selama ini, Raihan secara prosedur diberi rujukan dari puskesmas kecamatan untuk menjalani pengobatan.

Advertisement

“Secara aturan memang harus bertahap. Nanti kalau sudah di rumah sakit dan masuk tahap selanjutnya kita akan membantu mencarikan solusi,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif