Jogja
Rabu, 18 Maret 2015 - 11:20 WIB

Bule Jepang Mengajar di SMPN 1 Wates

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mio Harahata mengajar di SMPN 1 Wates dalam program Bule Mengajar, Selasa (17/3/2015). (Harian Jogja/ Switzy Sabandar)

Bule asal Jepang mengajar di SMPN 1 Wates Kulonprogo

Harianjogja.com, KULONPROGO—Sebanyak sembilan warga negara Jepang datang dan mengajar siswa kelas VII SMPN 1 Wates, Selasa (17/3). Mereka tergabung dalam program Bule Mengajar yang bertujuan mengenalkan budaya asing sekaligus mempelajari budaya Kulonprogo melalui dunia pendidikan.

Advertisement

Pendiri program Bule Mengajar, Lia Andarina Grasia mengatakan, program ini bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Jepang.

“Dilakukan melalui mengajar sekaligus berwisata,” ujarnya, Selasa.

Advertisement

“Dilakukan melalui mengajar sekaligus berwisata,” ujarnya, Selasa.

Selain membantu mempromosikan Kulonprogo, kata dia, kegiatan ini juga melatih keberanian siswa untuk berbicara dalam bahasa Inggris.

Menurut Lia, peserta yang terdiri dari sembilan orang asal Jepang dan lima orang Indonesia akan mengikuti aktivitas mengajar dengan berkeliling dan mengenal Kulonprogo sehari penuh. Kegiatan yang dilakukan berupa diskusi dan saling memperkenalkan kebudayaan masing-masing.

Advertisement

“Jadi tahu tentang huruf kanji, animasi Jepang serta tariannya,” kata Jeni.

Terlebih, menurutnya, bahasa pengantar yang digunakan  adalah bahasa Inggris sehingga melatih keberanian siswa berbicara dengan bahasa tersebut.

Mio Harahata, salah satu pengajar asal Jepang menuturkan, kegiatan ini sangat berkesan karena ia dapat berinteraksi dengan orang Indonesia secara langsung.

Advertisement

“Saya juga takjub dengan keberagaman agama di Indonesia dengan tempat ibadahnya yang bervariasi,” ucapnya.

Program seperti ini, ungkap Mio, hanya ada di Indonesia, sebab di negaranya tidak ada orang asing mengajar ke sekolah-sekolah.

Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Wates, Ignatius Suranto mengatakan, kegiatan ini dapat membuka cakrawala siswa dalam memahami budaya lain.

Advertisement

Kendati demikian, sekolah tetap membekali siswa dengan pembelajaran mengenai akar budaya bangsa yang diterapkan melalui beragam ekstrakurikuler, seperti karawitan dan tari.

“Ini memberikan wawasan baru serta melatih siswa berbahasa Inggris, mereka sudah bisa hanya kurang berani,” katanya menandaskan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif