Soloraya
Rabu, 18 Maret 2015 - 06:10 WIB

Ancam Permukiman, Pohon Sakral Klaten Berusia Ratusan Tahun Ditebang

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pohon tua di Klaten ditebang lantaran mengancam permukiman warga (Ayu Abriyani K.P/JIBI/Solopos)

Pohon sakral Klaten yang berusia ratusan tahun terpaksa ditebang lantaran mengancam permukiman warga.

Solopos.com, KLATEN — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten bersama beberapa sukarelawan menebang pohon preh berusia ratusan tahun di RT 001/RW 007, Dusun Dlimas, Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Selasa (17/3/2015). Pohon dengan tinggi puluhan meter itu ditebang karena beberapa dahan pohonnya menjorok ke permukiman.

Advertisement

Menurut Ketua RT 001/RW 007, Agus Maryoto, penebangan pohon itu merupakan permintaan warga karena mereka takut pohon tersebut roboh saat terkena hujan dan angin kencang. Sebelumnya, di dekat pohon itu juga ada pohon tanjung yang berusia ratusan tahun dan akhirnya roboh karena batangnya sudah lapuk.

“Penebangan ini merupakan tindak lanjut dari laporan Pak Harman rumahnya berada di seberang pohon itu. Saat terjadi hujan dan angin kencang, keluarganya tidak berani tidur di kamar depan karena takut tertimpa pohon seperti yang sering terjadi di beberapa wilayah di Klaten,” katanya saat ditemui Solopos.com di lokasi, Senin (16/3/2015).

Namun, warga meminta untuk tidak menebang semuanya dan hanya pemangkasan di beberapa bagian dahan yang membahayakan rumah warga. “Kami inginnya tidak ditebang semuanya karena pohon ini memiliki nilai sejarah yang masih diyakini warga sekitar,” ujarnya.

Advertisement

Menurutnya, buah pohon itu pernah dimanfaatkan sebagai lem kertas dan sering dicari warga dari wilayah Juwiring untuk membuat payung. Saat ini, buah dari pohon itu tidak lagi digunakan seiring perkembangan zaman.

Selain itu, ada cerita mistis dari pohon itu yang masih diyakini warga sekitar. Pohon itu berada satu halaman dengan beberapa pohon tua lainnya dan di lokasi itu biasa digunakan upacara bersih desa.

Sesepuh di desa, Mitrodiharjo, 85, mengatakan banyak yang masih percaya dengan kesakralan pohon tersebut. Bersih dusun diadakan setiap tahunnya pada hari ke-15 bulan Sura atau Muharam untuk mencari berkah dan keselamatan. Serta menghormati penunggu dusun tersebut yang diyakini sebagai Rara Tanjungsari dan Rara Payung Gilap dari Kerajaan Majapahit.

Advertisement

“Masih banyak orang yang percaya berdoa di dekat pohon itu bisa mendapatkan berkah. Baik itu pekerjaan dan kesehatan. Saat Jumat Kliwon, orang yang datang tidak hanya dari Klaten, tetapi ada warga Purwokerto, Semarang, Surabaya, dan Jakarta,” katanya dengan bahasa Jawa.

Terkait rencana penebangan tersebut, Mitrodiharjo yang juga dianggap sebagai juru kunci, telah memberikan sesajen berupa kembang setaman dan buah-buahan. Ia juga berdoa agar pekerja yang menebang pohon itu selamat.

Menurut pengamatan Solopos.com di lokasi, Selasa (17/3/2015), rencana penebangan pohon itu sekitar pukul 09.00 WIB. Sejumlah warga sudah berkumpul untuk menyaksikan penebangan itu. Namun, penebangan baru dilakukan belasan orang dari BPBD dan sukarelawan sekitar pukul 13.00 WIB.

Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sri winoto, mengatakan pohon tersebut bakal ditebang karena kondisinya lapuk dan membahayakan rumah warga. “Nanti akan kami tebang semua karena kondisinya sudah lapuk. Tapi penebangannya bertahap,” katanya.

Advertisement
Kata Kunci : Antisipasi Bencana
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif