SOLOPOS.COM - Sofyan Djalil (Dok/JIBI)
Kurs rupiah menembus Rp13.166/US$. Meski begitu, pemerintah tak panik menghadapi hal ini.
Solopos.com, JAKARTA – Melemahnya nilai tukar Rupiah atas Dolar AS ditanggapi santai oleh pemerintah. Pemerintah berkilah, menguatkan perekonomian AS membuat hampir seluruh mata uang terdepresi.
Beberapa saat setelah pembukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pagi ini (11/3/2015), Rupiah melemah 0,55% ke Rp13.166 per dolar AS, sebagaimana data Bloomberg.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil , pelemahan mata uang Rupiah terhadap DolarAS masih dalam kondisi normal.
“Ini bukan masalah, sebabnya adalah Amerika saat ini ekonominya bagus sekali. Yang kena imbas juga tidak hanya rupiah, seluruh mata uang juga kena,” katanya Rabu (11/3/2015).
Dia menilai kondisi Rupiah tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan mata uang asing lainnya dan hanya Swiss frank yang mengalami penguatan dari DolarAS.
“Jika pariwisata ramai maka (wisatawan asing) yang membawa dolar akan semakin banyak. Untuk TKI juga akan diperbaiki supaya emiten meningkat”.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan DolarAS yang terjadi pada hampir semua mata uang asing disebabkan oleh tiga hal.
Pertama, ekonomi Amerika yang terus menguat, dan rencana penguatan Fed Fund Rate menyebabkan dollar menguat. Kedua, adanya injeksi likuiditas moneter dari ICB Euro dan Bank of Japan.
Tahun lalu mata uang Euro melemah 13,5% terhadap Dolar AS, sedangkan Yen Jepang 12,5-13%. Sedangkan Rupiah hanya 1,8%.
“Artinya Rupiah memang melemah terhadap dolar tapi menguat terhadap Yen dan Euro kurang lebih sekitar 11%. Juga, seluruh negara menghadapi fenomenan dollar yang menguat,” katanya.
Faktor ketiga, kondisi ekonomi domestik yang masih menghadapi current account deficit.