Soloraya
Rabu, 4 Maret 2015 - 01:10 WIB

DBD SRAGEN : Januari-Februari 2015, DBD Serang 140 Orang

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

DBD Sragen semakin merajalela. Dalam dua bulan terakhir tercatat ada 140 orang terserang DBD.

Solopos.com, SRAGEN — Dalam dua bulan terakhir (Januari-Februari) 2015, penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sragen mencapai 140 kasus. Sedangkan korban jiwa akibat serangan DBD tercatat tiga orang.

Advertisement

Kasi Pengendalian Penyakit Bidang P2PL DKK Sragen, M.M. Sumiyati, mengatakan pada Januari 2015 terjadi 76 kasus serangan DBD. Sedangkan selama Februari terjadi 64 kasus DBD. Menurut dia, pada periode yang sama tahun 2014, jumlah kasus DBD tahun ini di Sragen relatif lebih tinggi.

“Tahun lalu pada Januari ada 51 kasus, sedangkan pada Februari ada 25 kasus,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (3/3/2015).

Dia mengatakan pada pekan terakhir Februari 2015 kasus DBD mencapai 12 kasus. Menurut dia, peningkatan kasus tidak hanya dipengaruhi musim penghujan, melainkan juga masih minimnya kesadaran masyarakat dalam melakukan garakan pemberantas sarang nyamuk (PSN).

Advertisement

Pada 2014, kasus DBD paling tinggi terjadi di Kecamatan Karangmalang (48 kasus), Kecamatan Kalijambe (45 kasus), dan Kecamatan Gemolong (43 kasus). “Sedangkan kasus DBD tahun ini belum kami rekap secara detail,” katanya.

Sumiyati menerangkan saat ini masyarakat terus diberikan informasi dan gerakan PSN. Selain itu, saat memenuhi persyaratan lokasi yang diduga endemis, DKK akan melakukan fogging di lokasi tersebut.

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK Sragen, Retno D.K, mengatakan tahun ini merupakan siklus lima tahunan kasus DBD. Untuk itu, masyarakat diminta lebih waspada.

Advertisement

Dia mengatakan masyarakat diminta untuk rutin melakukan PSN di rumahnya. Terutama di tempat-tempat yang memiliki genangan air, seperti pot bunga, kulkas, dan ban bekas. Menurutnya, di tempat-tempat tersebut justru lebih banyak dijadikan tempat berkembangnya jentik nyamuk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif