Jogja
Senin, 2 Maret 2015 - 02:20 WIB

Panen Menurun, Petani Gunungkidul Salahkan Keterlambatan Pupuk

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani menebar pupuk (JIBI/Solopos/Dok)

Panen menurun di Gunungkidul diduga dipicu keterlambatan pupuk

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Hasil panen sebagian petani di wilayah Desa Ngestirejo mengalami penurunan. Keterlambatan distribusi pupuk pun diklaim menjadi penyebabnya.

Advertisement

Salah satu  petani, Wasdi, 45, mengatakan,  tahun ini ia hanya bisa memanen 28 karung padi. Setiap karungnya berisi sekitar 35 kg padi. 28 karung tersebut dihasilkan dari dua petak ladang. Ia mengaku hasil tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tahun lalu saya bisa menghasilkan 24 karung padi. Itu dari satu ladang saja,” ujar dia ketika ditemui di ladang di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, Jumat (27/2/2015).

Menurutnya, penurunan hasil panen itu disebabkan terlambatnya pemupukan. Pasalnya, distribusi pupuk dari kelompok tani pun tersendat. Akibatnya, saatnya harus memupuk, petani belum bisa melakukannya.

Advertisement

“Padinya jadi jelek. Kualitasnya berkurang dan hasil panen berkurang,” ungkap dia.

Hal itu diamini Jamprong, petani lain. Menurutnya, pemesanan pupuk melalui kelompok justru menghambat petani. Meskipun petani sudah memesan dan membayar pupuk, namun belum tentu mereka menerima pupuk yang diinginkan.

“Lewat kelompok tani itu malah susah. Lebih baik petani beli pupuk sendiri seperti dulu,” ujar dia.

Advertisement

Ia mengaku, lantaran kesal tak kunjung dikirimi pupuk, ia meminta kembali uang yang sudah dibayarkan. Langkah itu, rupanya juga dilakukan petani lain. Ia mengaku kecewa karena merasa dipermainkan distribusi pupuk.

“Harusnya saya memupuk yang kedua kali. Tapi karena tidak dapat pupuk akhirnya batal,” ungkap dia.

Petani lain, Kasino mengatakan, ia lebih suka membeli pupuk di toko eceran meskipun harganya lebih mahal. Itu pun, ia tidak bisa membeli pupuk dalam jumlah besar. Ia hanya bisa membeli dalam kemasan lima kilogram.

“Daripada melalui kelompok malah tidak dapat pupuk. Padahal kami sudah jadi tergantung dengan pupuk. Lebih baik beli di toko,”  ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif