Jatim
Minggu, 1 Maret 2015 - 07:05 WIB

WALIKOTA SURABAYA : Peduli Gizi, Risma Raih Penghargaan

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengikuti lomba makan kerupuk bersama warga negara asing peserta Asian Fashion Week 2014 di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (17/8/2014). Lomba yang melibatkan para desainer dan model peserta Asian Fashion Week 2014 itu digelar dalam rangka memperingati HUT Ke-69 RI. (JIBI/Solopos/Antara/Suryanto)

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini kembali meraih penghargaan untuk kali kesekian.

Madiunpos.com, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima penghargaan dari DPD Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Jatim atas kepeduliannya sebagai kepala daerah yang peduli terhadap masalah gizi warganya.

Advertisement

 

Penghargaan diserahkan oleh Ketua DPD Persagi Jatim Andriyanto, bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Gizi Nasional 2015 di Hotel Narita Surabaya, Sabtu (28/2/2015).

Advertisement

Penghargaan diserahkan oleh Ketua DPD Persagi Jatim Andriyanto, bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Gizi Nasional 2015 di Hotel Narita Surabaya, Sabtu (28/2/2015).

 

Andriantyo menyatakan bahwa momen ini bukan semata-mata membagi-bagikan penghargaan kepada sejumlah tokoh. Namun, lebih dari itu, pihaknya ingin menggugah semangat seluruh lapisan masyarakat agar lebih sadar gizi.

Advertisement

“Masalah gizi sudah menjelma menjadi problem kompleks di Jawa Timur. Ke depan, sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan oleh faktor gizi,” katanya.

 

Terkait terpilihnya figur Tri Rismaharini sebagai penerima penghargaan, Andriyanto mengatakan, hal itu dikarenakan kesehatan masuk dalam program prioritas Kota Surabaya. Salah satu contoh yang paling konkret yakni inovasi program pendampingan bina keluarga gizi kurang maupun gizi buruk secara berkelanjutan.

Advertisement

 

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaknai permasalahan gizi sebagai sesuatu tantangan yang harus ditangani bersama. Artinya, problem tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab dokter dan ahli gizi, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah.

 

Advertisement

Risma mengatakan pemerintah kota kerap dihadapkan oleh kultur negatif yang masih dianut sebagian masyarakat. Kultur yang dimaksud mantan Kepala Bappeko ini adalah sikap meremehkan asupan gizi.

 

“Sayangnya, masih ada saja yang beranggapan toh kalau sakit akan dikaver BPJS. Nah, pemikiran seperti inilah yang harus diubah. Sebab, kalau seseorang sakit, akan menyebabkan ketidakproduktifan. Artinya, seharusnya orang tuanya bisa bekerja tapi karena anaknya sakit, terpaksa harus menjaga dan merawatnya,” ujarnya.

 

Dia menambahkan pentingnya kesadaran akan gizi juga harus ditangkap setiap keluarga di Indonesia karena ketika menghadapi persaingan global, anak-anak Indonesia tidak hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara fisik dan emosional.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif