Sport
Jumat, 27 Februari 2015 - 03:30 WIB

KRISIS KLUB : Pemain Parma Harus Cuci Baju Sendiri

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Antonio Cassano dan sejumlah kawan setimnya meninggalkan Parma akibat krisis keungan klub. Ist/dok

Krisis klub Parma yang parah bukan hanya membuat para pemain tak digaji, namun juga tak mampu membayar laundry.

Solopos.com, MILAN — Krisis finansial Parma yang kian memburuk tak hanya membuat gaji para pemain belum dibayarkan. Para penggawa klub berjuluk Ducali itu bahkan harus rela mencuci baju sendiri karena layanan laundry telah dihentikan.

Advertisement

“Ini adalah berita hari ini. Mulai besok [hari ini] dan seterusnya, tidak akan ada lagi layanan laundry, kami harus membawa pulang pakaian ke rumah untuk dicuci,” kata kapten tim Parma, Alessandro Lucarelli, seperti dilansir Reuters, Kamis (26/2/2015).

Para pemain Parma belum menerima gaji selama musim ini meski Presiden Giampietro Manenti berjanji mentransfer gaji pekan lalu. Bukannya semakin membaik, kondisi finansial Parma justru kian parah.

Advertisement

Para pemain Parma belum menerima gaji selama musim ini meski Presiden Giampietro Manenti berjanji mentransfer gaji pekan lalu. Bukannya semakin membaik, kondisi finansial Parma justru kian parah.

Klub yang berdiri sejak 1913 itu telah mendapatkan petisi bangkrut dari pemerintah Italia. Kantor berita ANSA mengabarkan seluruh perlengkapan di ruang ganti, termasuk bangku yang biasa digunakan Pelatih Roberto Donadoni, telah disita untuk kemudian dilelang.

Parma terperosok di papan bawah klasemen Seri-A dengan hanya mengantongi 10 poin dari 23 laga. Pasukan Roberto Donadoni itu terancam tak bisa merampungkan sisa kompetisi musim ini jika krisis finansial semakin memburuk.

Advertisement

Presiden Giampietro Manenti memastikan klub bisa menyediakan transportasi untuk para pemain ke Genoa. Sementara itu, biaya akomodasi selama berada di Genoa bakal ditanggung tuan rumah. “Tim tidak harus membayar apapun,” kata Manenti dalam saluran radio Parma.

Jika diperlukan, sambung Lucarelli, para pemain bahkan bisa berangkat ke Genoa dengan mengendarai mobil mereka masing-masing. “Saya tidak berpikir kami punya masalah soal bus, tapi kami harus memastikan apakah kamar hotel disediakan,” ujar kapten tim Parma itu.

Parma belum pernah memenangi gelar Seri-A, tapi mereka pernah merengkuh dua trofi Piala UEFA. Parma juga pernah merebut gelar European Cup Winners Cup pada 1993 dan tiga trofi Piala Italia selama musim 1992 dan 2002. Mereka finis sebagai runner up Seri-A pada 1997 saat ditukangi Carlo Ancelotti yang sekarang menjadi arsitek Real Madrid.

Advertisement

Namun, kejayaan Parma di masa lalu tampaknya segera terkubur. Manajer tim Parma, Sandro Melli, menggambarkan Parma seperti kapal Titanic yang sedang tenggelam. Menurut dia, kehidupan sepak bola Parma telah berakhir sejak 15 November lalu sejak mantan Presiden Parma, Ghirardi, mengatakan tidak mempertahankan klub lebih lama.

“Saya menyadari kami sedang berada di dalam Titanic. Di atas deck ada kelas pertama yang indah, bersinar, dengan orang-orang yang sedang menari seperti Ghirardi dan [CEO Pietro] Leonardi. Tapi di bawahnya ada kelas kedua dan kelas ketiga,” ujar Melli, dilansir Football Italia, Kamis.

“Saya pikir kami sedang tenggelam dengan benda pertama yang kami tabrak. Gunung es itu adalah lisensi UEFA. Apakah Anda ingat apa yang akan terjadi pada Titanic? Mereka yang ada di kelas pertama selamat, sisanya mati. Dan tentu saja kaptennya tenggelam bersama kapal. Siapa kapten di sini? Tentu saja Donadoni,” imbuh Melli.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif