News
Jumat, 27 Februari 2015 - 11:40 WIB

KAMPUS JOGJA : Kuliah di Panti, Mahasiswa UAD Demo

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana demonstrasi di UAD (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Kampus Jogja yakni mahasiswa UAD berunjuk rasa menuntut kesaman fasilitas belajar mengajar.

Harianjogja.com, JOGJA-Tidak terima atas kebijakan kampus yang menempatkan proses perkuliahan di panti asuhan, ratusan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja melakukan aksi demonstrasi, Kamis (26/2/2015). Aksi yang diawali dengan orasi di kampus II di Jl. Pramuka, berlanjut di kampus III Jl. Prof. Supomo, dan berakhir di kampus I Jl. Kapas itu juga memprotes biaya kuliah yang terus-menerus naik.

Advertisement

Aksi bertajuk Aliansi Mahasiswa UAD Menggugat itu diikuti mahasiswa Program Studi (Prodi) PGPAUD, PGSD, dan Ilmu Komunikasi. Ketiganya adalah korban dari kebijakan Universitas sehingga terpaksa menjalankan kegiatan kuliah di Panti Asuhan Putra Mohammadiyah Lowanu.

Humas Aksi, Gunawan, mengatakan bahwa fasilitas yang diberikan kampus tidak sesuai dengan janji-janji yang ditampilkan pada brosur.

Advertisement

Humas Aksi, Gunawan, mengatakan bahwa fasilitas yang diberikan kampus tidak sesuai dengan janji-janji yang ditampilkan pada brosur.

“Dari tempat kuliah saja yang katanya ruangannya ber-AC dan nyaman, ternyata kenyataannya jauh di luar itu. Kami disewakan panti asuhan untuk kuliah. Kita ini bukan anak panti,” tegas mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014 ini.

Ia mengatakan, mahasiswa yang merasakan ketidaknyamanan berkuliah di panti asuhan adalah mahasiswa semester empat dan enam.

Advertisement

Ia mengeluhkan AC dan kipas angin yang tidak berfungsi, komputer lemot, belum lagi jaringan WiFi yang bermasalah. Saat ini, katanya, ruangan Ilmu Komunikasi masih menumpang di FKIP. Ia merasa identitas Ilmu Komunikasi sebagai prodi baru UAD seakan belum dipandang para warga kampus.

“Banyak teman UAD yang enggak tahu kampusnya anak Ilmu Komunikasi. Paling UAD ada Ilmu Komunikasi juga malah enggak tahu,” ungkap dia.

Menurutnya UAD terlalu banyak membuka Prodi baru tanpa memperhatikan fasilitas ruang kelas dan tenaga pengajar.

Advertisement

“Di tempat kami ada satu dosen yang ngajar tiga sampai empat mata kuliah. Jadinya kan tidak fokus,” kata dia.

Mahasiswa lainnya, Umi Khoirinisa, juga memprotes biaya SKS yang semakin naik.

“Untuk Prodi yang akreditasinya A bisa sampai Rp110.000. Tiap tahun tuh meningkat,” katanya. Pihaknya juga mengeluhkan adanya kuliah malam yang pada akhirnya mengganggu kegiatan mahasiswa untuk berorganisasi.

Advertisement

Sementara Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UAD, Rio Pamungkas, mengatakan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa UAD ini semata untuk menuntut kesetaraan di antara mahasiswa UAD. Pasalnya, hanya mahasiswa di tiga prodi tersebut yang harus merasakan bangku kuliah di panti asuhan.

“Uang kuliah yang dibayarkan sama tapi fasilitas yang diperoleh tidak sama,” tegas dia.

Ibarat kampus sebagai penyedia jasa, kata Rio, seharusnya rektorat harus konsisten dengan fasilitas yang diiklankan saat membuka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Jangan sampai kenyamanan yang ditawarkan kampus, cukup berhenti sampai di brosur saja.

Sementara itu, Biro Fasilitas UAD, Afan Kurniawan, yang ditemui perwakilan BEM dalam audiensi akan memenuhi salah satu tuntutan mahasiswa. Mulai semester depan Panti Asuhan Lowanu tidak akan digunakan lagi sebagai ruang kuliah.

“Kuliah dipindahkan ke kampus 2 untuk Ilmu Komunikasi sedangkan PGSD dan PGPAUD disatukan di kampus 5,” kata dia kepada mahasiswa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif