Soloraya
Selasa, 24 Februari 2015 - 06:10 WIB

DEMAM BERDARAH SUKOHARJO : 2 Balita Penderita Demam Berdarah Meninggal Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Demam berdarah Sukoharjo menyebabkan dua balita meninggal dunia.

Solopos.com, SUKOHARJO — Dua penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Sukoharjo meninggal dunia di rumah sakit, pekan lalu. Hingga pertengahan Februari tahun ini, penderita DBD di Kabupaten Makmur ini mencapai 40 orang.

Advertisement

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Guntur Subiyantoro, saat ditemui wartawan di Sekretariat Daerah (Setda), Senin (23/2/2015), menginformasikan dua penderita demam berdarah Sukoharjo yang meninggal dunia adalah Kanza Aqila Humaira, 8 bulan, asal Gedongan, Baki.

Bayi perempuan itu meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit, Rabu (11/2/2015) lalu, akibat terserang demam berdarah. Satu orang lainnya adalah Beto Citareto, 2, asal Jatingarang, Kecamatan Weru, Sukoharjo. Anak lelaki itu meninggal dunia saat menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Solo, Jumat (20/2/2015).

“DBD yang diderita korban Beto kala itu sudah mencapai DSS [dengue shock syndrome]. Kalau sudah mencapai DSS pembuluh darah dalam tubuh bocor dan cairan sudah banyak yang keluar dari tubuh. DSS ini tahapan paling gawat,” terang Guntur tanpa menjelaskan klasifikasi DBD yang diderita korban Kanza.

Advertisement

Atas kondisi tersebut, lanjut dia, DKK segera laksanakan fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk pembawa virus dengue, Aedes aegypti, di dua wilayah tempat kedua korban berdomisili. Menurut dia, semua pihak harus segera bertindak cepat untuk mencegah penularan DBD.

Guntur menuturkan sejak awal tahun hingga 14 Februari 2015, penderita DBD di Sukoharjo telah mencapai 40 orang. Ada peningkatan 10 kasus dalam sepekan. Penderita DBD selama 1 Januari 2015 hingga 7 Februari 2015 tercatat ada 30 kasus. Dia menilai angka tersebut dapat naik apabila kesadaran masyarakat melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kurang. Dia menegaskan PSN merupakan upaya efektif untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti. Hal itu dapat terwujud apabila PSN dilaksanakan secara rutin, berkelanjutan, dan benar.

Dia menjelaskan PSN dilakukan dengan 3 M, yakni menguras, menutup, dan mengubur. Menguras mengandung pengertian menguras tempat penampungan air untuk memastikan tidak ada larva nyamuk aedes aegypti. Sedangkan menutup dilakukan dengan cara menutup tempat penampungan air agar aedes aegypti tidak dapat bertelur di lokasi itu. Terakhir, kata dia, mengubur barang bekas agar tidak dapat menampung air dan dijadikan tempat bertelur nyamuk.

Advertisement

“Menguras tempat penampungan air harus juga menyikat dindingnya, karena telur nyamuk bisa saja menempel di dinding. Akan lebih baik lagi ditambah memberi obat nyamuk pada tubuh saat tidur atau dengan cara lain agar terhindar dari gigitan nyamuk,” imbuh Guntur.

Terpisah, anggota Komisi IV DPRD Sukoharjo, Samrodin, mendesak DKK segera menggerakkan petugas kesehatan di setiap kelurahan/desa untuk memberi penyuluhan masyarakat tentang bahaya demam berdarah di Sukoharjo.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif