Soloraya
Minggu, 22 Februari 2015 - 15:30 WIB

WISATA KLATEN : Bayar Rp5.000 Makan Rambutan Sepuasnya, Yuk?

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wisatawan memetik rambutan di salah satu kebun rambutan Desa Gedongjetis, Tulung, Sabtu (21/2/2015). Dengan membayar sekitar Rp5.000/orang sebagai tiket masuk, wisatawan bisa menikmati buah rambutan sepuasnya. (Taufik Sidiiq/JIBI/Solopos)

Wisata Klaten punya pesona. Memanfaatkan musim rambutan, warga Gedongjetis Tulung ini beri layanan istimewa.

Solopos.com, KLATEN – Wisata Klaten kali ini menghadirkan keunikan Desa Gedongjetis, Kecamatan Tulung. Puluhan warga di desa itu memberi layanan special ketika musim panen rambutan tiba.

Advertisement

Tak sekadar menjual buah hasil panen, warga menawarkan setiap pengunjung untuk memetik sendiri rambutan di kebun mereka. Cara itu menarik minat wisatawan mendatangi puluhan kebun rambutan milik warga.

Seperti yang terlihat pada Sabtu (21/2/2015). Wisatawan dari berbagai penjuru memadati kawasan kebun yang berada di sepanjang jalur Gedongjetis menuju Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC). Mereka datang menggunakan beragam transportasi seperti sepeda motor dan kereta kelinci.

Advertisement

Seperti yang terlihat pada Sabtu (21/2/2015). Wisatawan dari berbagai penjuru memadati kawasan kebun yang berada di sepanjang jalur Gedongjetis menuju Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC). Mereka datang menggunakan beragam transportasi seperti sepeda motor dan kereta kelinci.

Wisatawan yang datang langsung disambut para pedagang buah yang berjualan di sepanjang tepi jalan. Sementara, pemilik pohon rambutan berebut memikat hati para wisatawan guna mengunjungi kebun mereka.

Seperti yang dilakukan Ny. Amat. Setiap pengunjung yang melintas langsung ia tawari masuk ke kebunnya dengan membayar Rp5.000/orang. “Tidak mahal-mahal, cukup Rp5.000/orang saja. Bisa memetik buah sepuasnya di dalam kebun,” jelas dia tersebut saat ditemui Solopos.com, Sabtu.

Advertisement

“Jadi, saya hanya memiliki pohonnya saja. ada sekitar 15 pohon rambutan,” katanya.

Siang itu, puluhan wisatawan mengunjungi kebun yang selama ini digarap Ny. Amat. Mereka yang sudah membayar biaya masuk langsung menyisir pohon dengan kondisi buah yang masih lebat serta berwarna merah.

Memanjat pohon serta menggunakan bambu dilakukan para pengunjung untuk memetik buah di kebun yang digarap wanita berusia 70 tahun itu. Rambutan hasil berburu lantas dinikmati para pengunjung di bawah pohon.

Advertisement

Salah satu pengunjung, Alfian, 21, mengaku kedatangannya ke kebun tersebut pada Sabtu bukan kali pertama. Meski hasil memetik tak cukup banyak, pria asal Pasungan, Trucuk itu mengaku puas mendatangi lokasi tersebut.

“Sudah dua kali pada musim panen ini. Ya nikmat saja bisa memetik rambutan sendiri. Sensasinya berbeda kalau hanya membeli dan langsung dimakan,” tutur dia.

Agrowisata

Advertisement

Pemilik kebun rambutan lainnya, Marjinah, 50, menuturkan sudah sebulan ini agrowisata di kebun rambutan Desa Gedongjetis dibuka. Kegiatan itu sudah berlangsung sekitar 10 tahun ini.

“Kalau mulainya itu tidak menentu di bulan apa. Yang jelas setelah panen mangga, masuk musim panen rambutan dan wisata dimulai. Bisa berlangsung sampai empat bulan,” kata dia.

Soal harga masuk ke kebun, Marjinah menjelaskan beragam. Harga tergantung dari jenis rambutan serta kondisi pohon yakni kemudahan untuk memetik buah.

Dia mencontohkan wisatawan yang berniat memetik rambutan 20an pohon yang ia pelihara di kebun seluas 3.000 meter persegi, para pengunjung harus membayar Rp7.500/orang.

“Karena buah rambutan yang dihasilkan berbeda. Jenisnya binjai dengan ciri-ciri rambut lebih panjang serta rasanya lebih manis dibanding rambutan biasa,” urai dia.

Lebih lanjut, Marjinah mengaku tak merugi membebaskan para pengunjung memetik rambutan di kebunnya. “Biasanya pengunjung tidak lebih dari 1 kg sudah kenyang. Kalau mau dibawa pulang, ya bayar lagi Rp7.500/kg,” ungkap dia.

Disinggung jumlah kunjungan setiap akhir pekan, Marjinah mengaku dalam sehari sedikitnya 100 orang memadati kebun rambutan miliknya. Tak hanya dari Klaten, beberapa pengunjung berasal dari berbagai daerah seperti Sragen serta Solo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif