Soloraya
Kamis, 19 Februari 2015 - 18:40 WIB

MAHESA LAWUNG : Buang Sial, Keraton Solo Kubur Kepala Kerbau

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Putra Putri PB XII Solo dan abdi dalem menggelar acara Mahesa Lawung di Alas Krendowahono, Karanganyar, Kamis (19/2/2015) (Reza Fitrianto/JIBI/Solopos)

Mahesa Lawung, upacara adat digelar Keraton Solo di hutan Krendawahono, Karanganyar.

Solopos.com, KARANGANYAR — Keraton Solo menggelar upacara adat Mahesa Lawung. Belasan pria mengenakan atasan serupa beskap warna hitam dan bawahan kain jarit. Beskap nyaris berwarna hitam seluruhnya. Kecuali kerah, bagian pergelangan tangan dan tali yang tersampir di dada itu berwarna merah. Semua mengenakan kaus tangan warna putih dan menenteng pedang. Mereka mengawal belasan perempuan setengah baya dan lanjut usia.

Advertisement

Mereka mengenakan kebaya dan kain jarit. Kebaya warna hitam. Belasan perempuan ini membawa nampan berisi aneka makanan, seperti ayam, bunga, dan lain-lain.  Mereka abdi dalem dan kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Mereka sedang menggelar upacara adat Wilujengan Nagari Mahesa Lawung di Alas Krendowahono, Gondangrejo, Kamis (19/2/2015).

“Ini ada sejak zaman Majapahit. Upacara sederhana rutin setiap tahun. Simbol membuang sifat buruk manusia melalui penguburan kepala kerbau,” kata Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Pangeran (KP) Winarno Kusumo, saat ditemui wartawan seusai acara.

Pemuka adat memulai upacara dengan membaca mantra di depan punden berundak di tengah hutan. Aroma dupa memenuhi hutan. Pemuka adat membacakan narasi doa yang mengusung unsur Islam dan Hindu.

Advertisement

Mereka juga meletakkan aneka sesaji dan kepala kerbau di petilasan yang dipercayai sebagai tempat bersemayam Batari Kalayuwati atau Durga.

Dewa yang dipercaya sebagai pelindung bagian utara keraton. Para ulama keraton juga memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar memberikan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu prahara yang melanda Republik Indonesia lekas berakhir. Upacara
ditutup dengan menanam kepala kerbau di sekitar punden.

Advertisement

Ritual itu merupakan simbol membuang sifat buruk manusia. “Istilah <i>bodo longa-longo koyo kebo</i>. Kerbau itu simbol kebodohan. Kami menanam kepala, darah, dan kotoran yang tidak layak dikonsumsi. Harapan kami bisa menjauhkan sifat-sifat buruk mirip kerbau dari diri
seluruh masyarakat Indonesia,” tutur dia.

Tidak sembarang kerbau yang menjadi korban. Hanya kerbau yang masih perjaka dan belum pernah dipekerjakan. Upacara adat digelar pada hari ke-100 setelah 17 Sura yang bertepatan pada Senin atau Kamis pada akhir Jumadilakhir atau Rabiulakhir kalender Jawa.

Upacara adat berlangsung selama dua jam. Pada kesempatan itu hadir putri dan menantu Paku Buwono XII, seperti GRAy Koes Murtiyah Wandansari (Gusti Moeng), KP Eddy Wirabhumi, GRAy Koes Indriyah, KP Satriyo Hadinagoro,
dan GKR Timur Rumbai.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif