Soloraya
Kamis, 12 Februari 2015 - 08:00 WIB

ANGKUTAN MASUK JURANG KARANGANYAR : "Anak-Anak Tersangkut di Tebing, Mereka Teriak Minta Tolong"

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Angkutan desa masuk jurang Karangpandan Karanganyar, Rabu (11/2/2015) pukul 06.30 WIB. (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Angkutan masuk jurang Karanganyar, Rabu (11/2/2015). Angkutan desa itu membawa 38 penumpang yang sebagian besar siswa sekolah.

Solopos.com, KARANGANYAR — Angkutan desa Jalur G terperosok di jurang Gerdu Karangpandan, Rabu (11/2/2015) pukul 06.30 WIB. Seorang korban tewas bernama Rudiyanto, 14, siswa kelas VIII E SMPN 3 Karangpandan. Sementara 14 orang luka-luka. (Baca: Angkutan Masuk Jurang)

Advertisement

Warga di sekitar lokasi kejadian membantu proses evakuasi. Mereka menemukan korban yang sebagian besar anak-anak tersangkut di tebing dan bergeletak di semak-semak. (Baca: Daftar Korban Kecelakaan)

Ratusan orang berkerumun di tepi jurang di Dukuh Banjar, Desa Gerdu, Karangpandan, Rabu pagi. Mereke berdiri persis di tepi badan jalan yang tertutup rumput gajah dan tanaman semak lainnya. Tua, muda, anak-anak, lelaki, dan perempuan memuaskan rasa penasaran. (Baca: Perjuangan Siswa SMPN 3 Karangapandan Berakhir)

Beberapa pengendara sepeda motor dan mobil yang melintas di jalan berkelok, menurun, dan menanjak itu pun menghentikan kendaraan. Mereka ingin tahu.

Advertisement

Ratusan orang berkerumun di tepi jurang di Dukuh Banjar, Desa Gerdu, Karangpandan, Rabu pagi. Mereke berdiri persis di tepi badan jalan yang tertutup rumput gajah dan tanaman semak lainnya. Tua, muda, anak-anak, lelaki, dan perempuan memuaskan rasa penasaran. (Baca: Perjuangan Siswa SMPN 3 Karangapandan Berakhir)

Beberapa pengendara sepeda motor dan mobil yang melintas di jalan berkelok, menurun, dan menanjak itu pun menghentikan kendaraan. Mereka ingin tahu.

Dua perempuan setengah baya berdiri agak jauh dari tepi jurang. Mereka mengamati setiap orang yang datang silih berganti. Mereka memiliki kisah terkait kecelakaan angkudes yang menyebabkan satu pelajar meninggal dunia dan puluhan luka-luka itu.

Mereka berbagi cerita bahwa melihat puluhan remaja berseragam sekolah tergeletak di beberapa lokasi di jurang.

Advertisement

Dia warga Dukuh Banjar RT 004, Gerdu, Sumiyati, 32. Rumahnya tidak jauh dari lokasi kecelakaan maut. Selain Sumiyati, Yatmi, 40, memiliki kisah berbeda.

Suara Minta Tolong
Perempuan berambut cepak itu masih kaget setelah kedjadian. Dia menceritakan hendak ke sawah seperti yang dilakukan setiap hari.

“Saya dengar suara minta tolong. Saya mendekati jurang. Itu anak-anak ada yang tersangkut di tebing dan semak-semak. Mereka minta tolong. Ada yang bisa bangun dan menyelamatkan diri,” tutur Yatmi.

Advertisement

Selain dua perempuan itu, ada pula Sularto. Warga Dukuh Banjar RT 001, Desa Gerdu itu sedang duduk bersama ibunya di depan rumah.  Dia mengaku tidak mengetahui detik-detik angkudes rute Matesih-Karangpandan
melalui Girilayu itu jatuh ke jurang.

“Ibu saya teriak. Dia bilang ada angkudes jatuh ke jurang. Saya langsung lari ke jurang,” ungkap dia.

Sularto menuturkan angkudes jalur G itu hanya melintas saat jam berangkat dan pulang sekolah. Namun, warga akan kesulitan mendapatkan angkudes di luar jam sekolah.

Advertisement

“Mobil [angkudes] terguling-guling dari tikungan itu [angkudes] seperti terpental. Itu cerita ibu saya. Saya dan beberapa warga langsung lari dan menolong.”

Sularto, Sumiyati, dan Yatmi ingat betul kondisi saat itu. Dia melihat jurang penuh anak-anak mengenakan seragam sekolah. Beberapa anak berusaha menyelamatkan diri keluar dari angkudes yang mendarat di sungai di dasar jurang.

Ada pula anak-anak yang tergeletak di semak dan lumpur.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif