Soloraya
Rabu, 11 Februari 2015 - 20:50 WIB

ANGKUTAN MASUK JURANG KARANGANYAR : Perjuangan Pelajar SMP 3 Karangpadan Berakhir

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Angkutan desa masuk jurang Karangpandan Karanganyar, Rabu (11/2/2015) pukul 06.30 WIB. (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Angkutan masuk jurang Karanganyar, Rabu (11/2/2015). Seorang penumpang yang merupakan pelajar SMPN 3 Karangpandan tewas dalam peristiwa tersebut.

Solopos.com, KARANGANYAR — Angkutan umum Karanganyar terperosok ke jurang di  Gerdu Karangpandan, Rabu (11/2/2015) pagi. Korban tewas bernama Rudiyanto, 14, siswa kelas VIII E SMPN 3 Karangpandan. (Baca: Angkutan Masuk Jurang Karanganyar dan Daftar Korban Kecelakaan Karanganyar)

Advertisement

Rudyanto, korban kecelakaan di Karangpandan, Karanganyar, Rabu (11/2/2015). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Sementara 14 penumpang lainnya mengalami luka-luka. Angkutan desa tersebut memuat 38 penumpang. Sebagian besar penumpang merupakan pelajar. Suasana duka menyelimuti kediaman Rudi di Dukuh Girilayu, RT 004/ RW 006, Girilayu, Matesih.

Advertisement

Sementara 14 penumpang lainnya mengalami luka-luka. Angkutan desa tersebut memuat 38 penumpang. Sebagian besar penumpang merupakan pelajar. Suasana duka menyelimuti kediaman Rudi di Dukuh Girilayu, RT 004/ RW 006, Girilayu, Matesih.

Kesehariannya  Rudiyanto 14, tinggal bersama orang tua dan kakak lelaki, Daniyanto. Sedangkan kakak perempuannya, Sulami, tinggal bersama suaminya.

Rudiyanto meninggal saat perjalanan ke sekolah menuntut ilmu. Kecelakaan terjadi pada pukul 06.30 WIB. Dia diduga meninggal karena tubuhnya tertindih mobil angkutan umum pedesaan jalur G yang melayani rute Matesih-Karangpandan melalui Girilayu.

Advertisement

“Iya, dia naik angkudes itu. Berangkat dan pulang sekolah karena tidak ada kendaraan lain. Rumahnya jauh dari sekolah,” tutur paman Rudiyanto, Narno Pono, 60.

Bungsu dari tiga bersaudara itu harus berjalan sejauh 1,5 kilometer sebelum naik angkudes. Jalan yang harus dilalui adalah jalan menurun dan menanjak. Namun, anak pasangan Sarino dan Sinem itu tidak mengeluh.

“Anaknya anteng dan pinter. Dia enggak nakal. Enggak pernah main. Dia suka nonton televisi di rumah. Rajin sekolah meskipun sekolahnya jauh,” tutur Narno.

Advertisement

Anak desa itu ternyata tidak hanya pendiam di rumah. Teman-teman sekelasnya juga mengakui bahwa remaja berkulit sawo matang itu juga  pendiam di kelas. Namun di balik sikap pendiam, Rudiyanto mahir di
semua mata pelajaran. Dia menduduki peringkat pertama saat di kelas VII dan lima besar di kelas VIII.

“Kadang suka bercanda dengan teman. Dia enggak nakal. Kami kehilangan dua teman karena kecelakaan. Sebelum ini sudah ada teman satu kelas yang kecelakaan sepeda motor,” tutur teman sekelas Rudiyanto, Fadilah.

Anak desa itu kini tinggal cerita. Tubuhnya sudah menyatu dengan tanah. Dia dimakamkan di salah satu pemakaman umum tidak jauh dari rumahnya pukul 10.00 WIB.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif