Soloraya
Jumat, 6 Februari 2015 - 07:30 WIB

DEMAM BERDARAH KLATEN : Korban DBD Bertambah, Warga Diminta Jijik Dengan Jentik

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengasapan untuk memberantas chikungunya.(JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Demam berdarah di Klaten semakin mengkhawatirkan. Kematian tujuh orang akibat penyakit ini membuat pemerintah setempat waspada.

Solopos.com, KLATEN — Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Klaten meminta warga agar jijik terhadap jentik nyamuk Aedes Aegypti penyebab terjadinya penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, korban serangan DBD hingga kini terus bertambah.

Advertisement

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, hingga awal Februari DKK menerima laporan 84 kasus DBD. Sementara, untuk korban meninggal dunia akibat serangan tersebut hingga kini sebanyak tujuh orang. Sekitar satu pekan lalu, jumlah korban meninggal dunia akibat DBD tercatat empat orang.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Klaten, Herry Martanto, membenarkan adanya laporan penambahan jumlah korban meninggal dunia akibat DBD tersebut. Hanya, pihaknya belum bisa memastikan korban berdomisili di wilayah Klaten.

“Memang ada tambahan. Tetapi, itu berasal dari korban yang dirawat di rumah sakit di luar Klaten. Yang terakhir itu laporannya korban merupakan warga dari Prambanan. Setelah kami cek, ternyata selama ini tidak aktivitas di Prambanan. Hanya kependudukannya saja yang di Prambanan. Saat ini masih kami lacak kepastian tempat tinggal agar ada penanganan,” jelas dia saat dihubungi Solopos.com, Kamis (5/2/2015).

Advertisement

Meski ada peningkatan kasus, DKK hingga kini belum menetapkan serangan DBD sebagai kejadian luar biasa. Hal itu lantaran belum ada serangan DBD yang terjadi pada satu lokasi jumlahnya dua kali lipat dibanding serangan tahun sebelumnya.

“Untuk kejadian luar biasa itu kalau satu lokasi peningkatan serangannya tiga kali berturut-turut atau ada peningkatan dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk kasus saat ini tidak memusat. Lokasi korban DBD terpencar,” ungkapnya.

Meski belum masuk kategori kejadian luar biasa, pihaknya tetap mewanti-wanti warga meningkatkan kewaspadaan agar kasus tersebut tak semakin bertambah. Setidaknya, kewaspadaan dilakukan hingga April mendatang atau musim hujan berakhir.

Advertisement

“Agar kasus DBD tidak bertambah juga tergantung dari komitmen masyarakat menghilangkan jentik. Kami harapkan warga gilo [jijik] dengan jentik. Di beberapa desa kasus DBD bisa ditekan seperti di Pandes, Wedi. Dari pemerintah desanya ada komitmen dengan membentuk tim pemantau jentik di setiap RW,” urai dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif