News
Senin, 2 Februari 2015 - 01:40 WIB

LARANGAN RAPAT DI HOTEL : Bisnis Hotel di Solo Tetap Tumbuh Tanpa PNS

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua siswi SMK Kasatriyan Kartasura, Sukoharjo tengah merapikan ranjang di hotel tempat mereka melakukan praktik kerja (JIBI/Solopos/Dok.)

Larangan rapat di hotel diyakini pemerintah tak akan mengganggu hotel di Solo.

Solopos.com, SOLO — Pemerintah optimistis bisnis perhotelan tak terganggu meskipun ada kebijakan larangan aparatur negara rapat di hotel. Optimisme atas tumbuhnya hotel di Solo meski ada larangan rapat di hotel bagi pegawai negeri sipil (PNS) itu dikemukakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan RB) Yuddy Chrisnandi.

Advertisement

Menurut Menpan dan RB Yuddy Chrisnandi, dengan berbagai kegiatan kreatif dan inovatif dari pemerintah daerah setempat, jumlah wisatawan akan bertambah dan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Yuddy menjelaskan kegiatan yang menunjukkan kreativitas luar biasa dinanti sejumlah pebisnis perhotelan yang mengeluhkan kebijakan pemerintah terkait meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).

“Jika suatu daerah memiliki kegiatan pariwisata ataupun kebudayaan tingkat nasional, maka tentu saja akan menambah tingkat kunjungan terhadap daerah tersebut,” jelas dia saat ditemui wartawan seusai acara pembukaan Solo Great Sale (SGS) 2015, di perempatan Ngarsopuro, Solo, Minggu (1/2/2015).

Menurut Yuddy jika pelaku bisnis perhotelan maupun pariwisata hanya mengacu pada kegiatan pemerintah, maka hotel tersebut tidak akan bertahan. Saat ini sudah saatnya pelaku bisnis dan pemerintah daerah bersinergi untuk mendatangkan wisatawan asing maupun dalam negeri untuk berkunjung ke daerah tersebut.

Advertisement

“Bagi daerah yang memiliki pariwisata tinggi sangat bisa melakukan hal ini. Menggarap event besar seperti Solo Great Sale juga memicu orang datang ke Solo,” bebernya.

Imbas Positif
Pemerintah semaksimal mungkin mendorong aktivitas kreatif demi memajukan sektor wisata Indonesia. Jika dalam satu bulan suatu daerah memiliki kegiatan yang menarik, maka seluruh bisnis baik perhotelan, kuliner, ekonomi kreatif, dan sebagainya akan terkena imbas positifnya.

Sejumlah daerah baik kota maupun kabupaten, telah mencanangkan program rutin yang mampu menarik perhatian wisatawan. Meskipun dari 500 kabupaten dan kota yang ada di Indonesia, hanya 25 persen yang berhasil menerapkannya, ia optimistis pada 2015 jumlahnya meningkat dua kali lipat.

Advertisement

“Saya yakin karena tahun ini saja ada pertambahan anggaran promosi dari Rp250 miliar pada 2014 menjadi Rp1,2 triliun pada tahun ini. Angka tersebut untuk menggenjot target wisatawan asing yang masuk sebanyak 18 juta dari sebelumnya hanya sembilan juta orang,” kata dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), H.M. Ahman Sya, mengatakan kegiatan semacam SGS diyakini tak hanya menarik perhatian wisatawan lokal, tetapi wisatawan asing juga ikut berpartisipasi. “Kami mencatat, pada 2015 Solo memiliki 62 event, yang kami yakin akan meningkatkan ekonomi di Solo,” ujarnya.

Dengan hadirnya wisatawan ke Solo, maka roda perekonomian bagi seluruh pelaku usaha akan berputar cepat. Pada 2015, Kemenparekraf akan membantu tujuh acara kebudayaan berkelas nasional dan internasional yang diselenggarakan di Solo.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif