Soloraya
Sabtu, 31 Januari 2015 - 03:10 WIB

Erosi Bengawan Solo : Erosi Ancam 20 Rumah

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga yang juga menjabat sebagai Perangkat Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Slamet, 50, menunjukan lokasi yang terdampak erosi Sungai Bengawan Solo di desa setempat, Jumat (30/1/2015). Erosi sungai mengancam sedikitnya 20 rumah warga di Karanganyar.(Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Erosi Bengawan Solo mengancam 20 rumah milik warga.

Solopos.com, SRAGEN — Sedikitnya 20 rumah milik warga Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Sragen terancam erosi Sungai Bengawan Solo.

Advertisement

Kondiri tersebut disampaikan Sekretaris Desa (Sekdes) Karanganyar, Jimin Supriyanto, saat dijumpai Solopos.com di kantor desa setempat, Jumat (30/1/2015). Menurutnya, tebing Sungi Bengawan Solo di sejumlah titik di Karanganyar terus menerus terjadi erosi, utamanya saat volume air sungai meninggi.

“Puluhan keluarga di sejumlah Dukuh di Karanganyar yang terletak dekat dengan aliran Sungai Bengawan Solo semakin khawatir terjadi erosi. Bisa dikatakan, setiap hari selama musim hujan, terus terjadi erosi.. Tebing termakan arus sungai sehingga mengancam pekarangan dan rumah,” kata Jimin.

Jimin menyampaikan, selain perkarangan dan bangunan milik warga, tanah kas Pemerintah Desa (Pemdes) Karanganyar di tepi sungai juga ikut terkena erosi. Bahkan sebagain tanah kas desa longsor. Menurut dia, tidak adanya konstruksi talud yang tersedia di sekitar 2,5 kilometer (km) tebing Sungai Bengawan Solo, membuat warga semakin khawatir.

Advertisement

“Perlu membangun talud untuk mengatasi erosi air Sungai Bengawan Solo yang selama ini terus menghantui warga. Talud menjadi upaya pencegahan ancaman erosi jangka panjang. Hingga saat ini, warga hanya bisa menguruk dengan tanah di bagian tebing yang tergerus arus,” jelas Jimin.

Jimin menerangkan, warga maupun Pemdes Karangmalang sebenarnya sudah beberapa kali mengusulkan pembangunan talud, kepada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Namun, dia melanjutkan, hingga kini belum ada realisasi. Menurut Jimin, biaya yang relatif besar membuat warga dan Pemdes karanganyar tidak sanggup membangun talud secara swadana.

Senada dengan Jimin, salah seorang warga Karanganyar, Slamet, 50, menilai pembangunan talud perlu dilakukan di seluruh tebing Sungi Benganwan Solo, terutama di bagian yang di sekitarnya telah terbangun rumah-rumah warga. Menurut dia, warga Karanganyar pernah mengalami kerugian cukup banyak setelah terjadi banjir dan longsor beberapa tahun lalu.

Advertisement

“Warga harus mengeluarkan modal cukup banyak untuk membeli tanah. Saya sendiri sudah membeli tanah hingga 12 rit untuk menguruk pekarangan rumah yang terus mengalami erosi. Kalau tidak menguruk, rumah semakin terancam untuk tergerus erosi,” kata Slamet.

Slamet menyampaikan, terdapat sejumlah rumah di Karanganyar yang tidak menguruk pekarangan mereka yang terkena erosi dengan tanah dari luar. Akibatnya, terjadi perbedaan jarak antara rumah dengan sungai Bengawan Solo.

“Tiga tahun lalu jarak rumah dengan sungai sekitar 15 meter [m] hingga 20 m. Namun kini hanya menjadi sekitar 5 m setelah terus terkena erosi. Memang butuh modal untuk menyediakan tanah uruk,” urai Slamet terkait erosi Bengawan Solo.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif