Jogja
Jumat, 30 Januari 2015 - 01:22 WIB

INDUSTRI KREATIF : Belanja Iklan DIY Tahun Ini Dipredisi Turun

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah billboard menawarkan jasa iklan berdiri di pinggiran jalan Sudirman, Jogja, Rabu (28/1/2015). Tahun ini, diprediksi belanja iklan menurun karena kebijakan larangan iklan rokok untuk outdoor. (JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Industri kreatif, utamanya belanja iklan di DIY diprediksi menurun karena beberapa faktor penyebab.

Harianjogja.com, JOGJA– Pertumbuhan belanja iklan tahun ini di wilayah di DIY diprediksi merosot. Apa saja penyebabnya?

Advertisement

Ketua Pengurus Daerah Persatuan Pengusaha Periklanan Indonesia (PPPI) DIY Eddy Purjanto mengatakan secara keseluruhan pihaknya belum dapat memprediksi prospek bisnis periklanan di DIY untuk tahun ini. Hanya saja, Eddy menyoroti persoalan larangan produk rokok untuk iklan outdoor tahun ini.

“Kebijakan itu akan mengurangi bisnis iklan outdoor setidaknya 50 persen. Sebab, para pemain iklan di sektor ini rata-rata bergantung pada iklan rokok,” ujarnya kepada Harianjogja.com, Rabu (28/1/2015).

Dengan adanya kebijakan larangan iklan rokok outdoor tersebut, sambung Eddy, maka penyedia jasa harus memutar otak untuk mendapat jasa dari perusahaan non rokok.

Advertisement

“Cukup banyak pemain besar yang menggantungkan pada iklan rokok. Untuk mencegah agar mereka tidak kolaps, tentu saja hal itu tergantung dari kondisi ekonomi di DIY. Kalau tumbuh baik, bisa mencari alternatif pengiklan nonrokok,” kata dia.

Ironisnya, DIY didominasi oleh usaha-usaha di bidang retail. Selain itu, DIY dan juga daerah lainnya selama ini hanya ‘menunggu’ pesanan jasa dari perusahaan- perusahaan di Jakarta. Padahal, jika situasi ekonomi tidak baik hal itu berdampak pada minimnya permintaan jasa iklan outdoor di daerah, termasuk DIY.

“Daerah, seperti halnya DIY, hanya kecipratan saja,” ujar Eddy.

Advertisement

Selain situasi ekonomi, sambungnya, jasa iklan outdoor dapat tumbuh di daerah tergantung dari situasi politik di Pusat. Sebab, politik sangat memengaruhi pertumbuhan sektor periklanan outdoor.

“Kalau situasi politik kisruh, maka itu akan berpengaruh pada sektor ini. Perusahaan akan mengerem kegiatan promosinya,” jelas Eddy.

Disinggung apakah aturan penertiban reklama di Jogja juga mengganggu pertumbuhan jasa periklanan? Eddy menjawab, tidak selamanya aturan tersebut menjadi penyebabnya. Masalah utama yang dihadapi adalah hanya sedikit perusahaan yang memiliki budget untuk melakukan promosi outdoor.

“Kalau klien tidak memiliki budgetnya, bagaimana mau pasang iklan? Jadi aturan itu tidak persoalan,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif