Soloraya
Kamis, 29 Januari 2015 - 00:15 WIB

GANGGUAN CUACA : Petani Bawang Merah di Sragen Gagal Panen

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani bawang merah di Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, mengolah lahan pertanian setelah memasuki musim panen, Rabu (28/1). Saat musim hujan, petani bawang merah mengalami kerugian cukup banyak karena mengalami gagal panen dan harga bawang merah yang anjlok. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Gangguan cuaca berupa musim hujan menyebabkan sejumlah sentra pertanian bawang merah di Sragen gagal panen.

Solopos.com, SRAGEN — Produksi bawang merah di sejumlah sentra pertanian bawang merah di Kecamatan Gesi, Sragen, menurun akibat gangguan cuaca musim hujan. Bahkan tak sedikit dari petani bawang yang gagal panen.

Advertisement

Pamong Tani Desa Tanggan, Agus, mengatakan pertanian bawang merah di wilayahnya hancur selama gangguan cuaca berupa musim hujan kali ini. Banyak petani bawang merah yang tidak bisa panen seperti biasanya karena lahan mereka terendam air.

“Petani bawang merah gagal panen. Rata-rata petani di Gesi mengalaminya. Saat musim hujan, lahan pertanian terguyur air. Kandungan air dalam tanah otomatis juga tinggi. Jadinya kurang cocok untuk tanaman bawang merah,” kata Agus saat dijumpai Solopos.com di Kantor Desa Tanggan, Rabu (28/1), terkait gagal panen karena gangguan cuaca.

Agus mengatakan petani juga rugi lebih banyak karena harga bawang merah saat ini tergolong murah. Pasokan yang minim tak mampu mendongkrak harga karena pengaruh dengan penurunan harga bahan bakan minyak (BBM) sejak Senin (19/1/2015).

Advertisement

“Biasanya kalau gagal panen, karena minimnya pasokan, harga menjadi tinggi. Pasokan ke pasar-pasar semakin sedikit. Namun saat ini kondisinya berbeda. Harga bawang merang tetap murah, malah turun. Dari harga biasanya sekitar Rp9.000 per kg [kilogram], kini hanya Rp5.000 per kg sampai Rp6.000 per kg,” jelas Agus.

Sementara itu, salah seorang petani bawang merah di Dukuh Tanggan, Desa Tanggan, Giyo, 50, mengaku rugi hingga 10 kali lipat karena minimnya panen. Giyo menjelaskan satu patok (sekitar sepertiga hektare) lahan pertanian hanya bisa panen bawang merah kurang dari 1 kuintal.

“Saat musim kemarau kami bisa panen sedikitnya 1 ton bawang merah untuk satu patok lahan pertanian. Kali ini memang kami merugi banyak. Kami sudah mengantisipasi semaksimal mungkin agar tidak gagal panen namun tetap gagal,” kata Giyo.

Advertisement

Petani lain, Noto, 50, menjelaskan selain kadar air yang tinggi, munculnya jamur pada tanaman bawang merah menjadi penyebab hasil panen menurun drastis. Noto mengaku telah menyemprot tanaman bawang merah dengan obat serta mengendalikan air yang masuk lahan pertanian. Namun tetap saja ia gagal panen.

“Kami sudah melapor ke kelompok tani dan pemerintah tentang masalah yang dihadapi petani bawang merah. Namun tetap sama. Rata-rata mengalami gagal panen. Kami berharap selanjutnya ada bantuan dari pemerintah entah itu berupa bibit atau barang lain pada musim tanam selanjutnya karena jujur saja modal kami menipis,” ujar Noto terkait gagal panen yang dialaminya akibat gangguan cuaca hujan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif