Soloraya
Rabu, 21 Januari 2015 - 03:10 WIB

INFRASTRUKTUR KLATEN : 10 Tahun Kios di Penggung Mangkrak

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Infrastuktur Klaten di kios Penggung mangkrak sejak 10 tahun lalu.

Solopos.com, KLATEN –  Infrastruktur bangunan kios di tanah kas desa di Dukuh Penggung, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Klaten hingga kini mangkrak. Kondisi itu diperkirakan sudah terjadi selama 10 tahun terakhir.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Selasa (20/1), puluhan kios yang berada di tepi jalan raya Solo-Jogja tersebut dikelilingi semak belukar. Kondisi infrastruktur atap serta pintu sejumlah kios di Klaten tersebut rusak. Ada juga kios yang belum rampung dibangun.

Salah satu warga, Sugiyem, menjelaskan infrastruktur kios itu rencananya digunakan untuk pasar. Hanya, rencana tersebut tak kunjung terealisasi sehingga kios di Klaten itu mangkrak.

“Katanya mau untuk pasar. Tetapi, tidak jadi. Saya sendiri juga tidak tahu. Sampai saat ini belum ada yang menempati kios-kios itu,” kata dia saat ditemui Solopos.com tak jauh dari lokasi, Selasa (20/1/2015).

Advertisement

Kepala Desa (Kades) Jambukulon, Joko Darsono, menguraikan kios dibangun di tanah kas desa sekitar 2005 oleh pengembang. Tanah kas desa yang dipakai seluas 900 meter persegi.

Joko menjelaskan pihaknya tak bisa berbuat banyak terkait keberadaan kios-kios tersebut. Hal ini lantaran sudah ada kesepakatan antara pihak pengembang dengan pemerintah desa saat pembangunan. Dalam kesepakatan itu disebutkan pengembang memiliki hak menggunakan tanah hingga 2025.

“Kalau yang berminat melanjutkan pembangunan banyak, tetapi kami tidak bisa menerimanya. Kami belum berani mengutak-atik karena ada kesepakatan kalau tempat itu digunakan oleh pengembang hingga 2025 nanti,” jelas dia.

Advertisement

Joko mengatakan terdapat tiga pengembang yang melakukan pembangunan kios. “Pengembang pertama itu berhenti dan dialihkan ke pengembang kedua. Namun, pengembang kedua tidak bisa melanjutkan kemudian sampai ke pengembang ketiga. Kemungkinan karena kendala dana. Pengembang ketiga juga tidak melanjutkan hingga menyisakan bangunan setengah jadi,” katanya tanpa menyebut identitas pengembang yang dimaksud.

Pemerintah desa saat ini tak mengetahui siapa pengembang yang kali terakhir melanjutkan pembangunan. Hal itu lantaran pemerintah desa tak memiliki dokumen terkait identitas pengembang.

Joko berharap ada iktikad baik dari pengembang terkait kondisi infratruktur kios yang mangkrak. “Harapan saya ya mudah-mudahan bisa bertemu dengan pengembang. Bisa diajak berbicara bagaimana menentukan kondisi kios itu ke depan,” urai dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif