News
Minggu, 18 Januari 2015 - 17:30 WIB

HUKUMAN MATI : Seriusnya Belanda Melobi Jokowi, Raja Willem Pun Turun Gunung

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi eksekusi mati (JIBI/Solopos/Dok.)

Hukuman mati terhadap enam terpindana kasus narkoba membuat pemerintah negara asal mereka sibuk. Raja Belanda, Willem-Alexander, ikut turun tangan.

Solopos.com, SOLO — Ang Kiem Soei alias Kim Ho alias Ance Tahir, 62, salah satu terpidana mati kasus narkoba yang dieksekusi Minggu (18/1/2014) dini hari, memang bukan orang kulit putih seperti warga asli Belanda umumnya. Meski demikian, rencana vonis mati terhadap Ang membuat pemerintah Kerajaan Belanda sibuk melobi Indonesia.

Advertisement

Lobi dengan tujuan membujuk Pemerintah Indonesia membatalkan eksekusi hukuman mati itu dijalankan dengan berbagai cara. Tak tanggung-tanggung, Raja Willem-Alexander sampai menelepon Presiden Joko Widodo (Jokowi) demi menyelamatkan si terpidana Ang Kiem Soei.

“Semua cara telah dilakukan hingga level tertinggi. Yang Mulia Raja [Belanda] telah mengontak Presiden Jokowi. Ada juga pembicaraan tertutup secara politik. PM Mark Rutte telah menulis surat untuk Presiden Jokowi dan saya berulang kali membicarakan masalah ini dengan rekan kami dari Indonesia,” tulis Menteri Luar Negeri Belanda, Bert Koenders, di situs government.nl, Sabtu (17/1/2014), waktu setempat.

Advertisement

“Semua cara telah dilakukan hingga level tertinggi. Yang Mulia Raja [Belanda] telah mengontak Presiden Jokowi. Ada juga pembicaraan tertutup secara politik. PM Mark Rutte telah menulis surat untuk Presiden Jokowi dan saya berulang kali membicarakan masalah ini dengan rekan kami dari Indonesia,” tulis Menteri Luar Negeri Belanda, Bert Koenders, di situs government.nl, Sabtu (17/1/2014), waktu setempat.

Koenders juga menyebutkan Duta Besar (Dubes) Belanda di Jakarta telah mencoba bekerja sama dengan negara-negara asal para terpidana mati itu sebelum eksekusi. Dalam daftar para terpidana mati yang dieksekusi Minggu dini hari ini, ada warga Brasil, Nigeria, Vietnam, dan WNI.

“Saya berbicara dengan kolega-kolega di negara-negara itu. Pekan ini, saya juga mengirim utusan khusus ke Indonesia untuk mendiskusikan eksekusi Ang dengan pejabat terkait,” lanjut Koenders.

Advertisement

Pernyataan tersebut penting bagi pemerintah Belanda untuk menghadapi tekanan dari publik negara itu. Di Belanda dan negara barat lainnya, pemerintah setempat bisa disalahkan publik jika ada warga negara yang dieksekusi di negara lain.

Namun, pemerintah Indonesia tetap bergeming. Kejaksaan Agung tetap mengeksekusi keenam orang itu, termasuk Ang, Minggu dini hari tadi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan eksekusi tersebut merupakan bagian dari kedaulatan Indonesia yang harus dihormati.

“Kita harus menghormati upaya negara lain yang dilakukan untuk warganya [yang bermasalah dengan hukum Indonesia], begitu pula dengan warga negara kita di negara lain. Kita harus menghormati apa yang jadi kedaulatan sebuah negara,” kata Jokowi saat diwawancarai TV One saat bersepeda di car free day Jakarta, Minggu (18/1/2014) pagi.

Advertisement

Koenders pun mengaku kecewa. “Tragis dan sangat kecewa karena semua upaya itu sia-sia.”

Sebagai bentuk protes, Belanda memanggil Dubes untuk Indonesia kembali ke negaranya. Sementara itu di Belanda, Bert Koenders juga akan memanggil Chargé d’affaires ad interim Indonesia di sana untuk dimintai keterangan.

“Belanda akan tetap menentang hukuman mati dan penegakannya dan sudah jadi prinsip kami. Hal itu sangat kejam dan hukuman yang tidak manusiawi, mengabaikan martabat dan integritas manusia.”

Advertisement

Namun setidaknya Belanda tak sendirian memberikan reaksi keras. Sikap serupa dikeluarkan Presiden Brasil, Dilma Rousseff, yang menarik Dubes Brasil untuk Indonesia ke negaranya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif