Soloraya
Jumat, 16 Januari 2015 - 04:10 WIB

KESEHATAN MASYARAKAT : Awal Tahun 2015, Satu Penderita DBD di Sragen Meninggal Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kesehatan masyarakat Sragen akibat DBD awal tahun ini menewaskan satu orang.

Solopos.com, SRAGEN – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merenggut nyawa satu orang di Sragen pada awal tahun 2015 ini . Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen meminta masyarakat mengantisipasi wabah DBD dengan menjaga kebersihan. Sementara itu, DKK mencatat sepanjang 2014 sebanyak 12 orang meninggal dunia karena penyakit tersebut.

Advertisement

Penderita DBD yang meninggal dunia pada tahun lalu naik 100% dibandingkan pada 2013 di mana ada enam orang masyakarat meninggal dunia akibat DBD.

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bidang P2PL DKK Sragen, M.M. Sumiyati, saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (15/1/2015), mengonfirmasi satu orang meninggal dunia karena DBD pada awal 2015.

Advertisement

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bidang P2PL DKK Sragen, M.M. Sumiyati, saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (15/1/2015), mengonfirmasi satu orang meninggal dunia karena DBD pada awal 2015.

Sumiyati tidak menyebut jumlah kasus DBD selama awal tahun dengan alasan semua kasus tengah dalam pemeriksaan. Menurutnya, peningkatan kasus DBD dan penderita yang meninggal dunia tidak bisa dilepaskan dari rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan.

“Kesadaran masyarakat untuk mencegah serangan DBD kurang sehingga dari tahun ke tahun ada peningkatan penderita yang meninggal dunia,” tutur dia.

Advertisement

Lebih jauh, Sumiyati mengatakan masyarakat masih berpikir pragmatis dalam menangani penyakit DBD, yaitu melalui pengasapan (fogging). Padahal pengasapan adalah alternatif terakhir untuk menangani penyakit tersebut.

Dia menyatakan ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi untuk mengambil tindakan pengasapan. “Pengasapan tidak bisa sembarangan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi sebelum fogging,” imbuh dia.

Sumiyati menjelaskan masyarakat harus mempertimbangkan banyak hal sebelum meminta fogging. Hal itu karena pengasapan berisiko jika dilakukan sembarangan. Salah satu risikonya adalah kemungkinan nyamuk penyebar DBD lebih resisten terhadap zat pengasapan.

Advertisement

Risiko lain yaitu ancaman keguguran bagi perempuan yang sedang mengandung. “Tahapannya setelah ada kasus suspect DBD adalah melakukan penyelidikan epidemiologi [PE] untuk mengetahui angka positif jentik,” tutur Sumiyati.

Sedangkan anggota Komisi IV DPRD Sragen, Fathurrohman, meminta DKK Sragen meningkatkan penyuluhan untuk mendongkrak kesadaran masyarakat tentang penyakit DBD. Menurut dia, langkah paling tepat untuk menghadapi penyakit menular berbahaya seperti DBD adalah dengan pencegahan.

“Dari pada seperti pemadam kebakaran, lakukan langkah-langkah antisipasi sebelum ada kejadian. DKK harus lebih masif bekerja,” kata dia.

Advertisement

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut menyatakan puskesmas harus proaktif memantau kesehatan lingkungan masyarakat di wilayah masing-masing. Bila ada potensi penyakit menular, harus diambil langkah pencegahan secara cepat dan tepat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif