Soloraya
Rabu, 14 Januari 2015 - 02:10 WIB

KIRAB TUMPENG : Kirab Tumpeng Asitras Sragen Panen Kritik

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rombongan kirab tumpeng dalam rangka peringatan hari jadi Asosiasi Seniman Tradisional Sukowati (Asitras) Sragen berjalan di halaman kompleks Sekda Sragen, Senin (12/1/2015). (Irawan Sapto Adi/JIBI/Solopos)

Kirab tumpeng Asitras di Sragen menuai kritik dari sejumlah aktivis LSM dan mantan anggota DPRD Sragen.

Solopos.com, SRAGEN – Kegiatan perayaan ulang tahun Asosiasi Seni Tradisional Sukowati (Asitras), Senin (12/1/2014), berupa kirab tumpeng menuai kritik dari sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan mantan anggota DPRD Sragen.

Advertisement

Kegiatan kirab tumpeng yang disiarkan langsung Lembaga Siaran Publik Lokal (LSPL) Buana Asri tersebut dinilai sarat nuansa politis. Hal itu disampaikan mantan anggota DPRD Sragen, Saiful Hidayat, saat ditemui wartawan di wilayah Nglorog, Sragen, Selasa (13/1/2015).

“Radio Buana Asri kan lembaga penyiaran Pemkab Sragen. Seharusnya mereka menyiarkan informasi yang terkait kebijakan pemerintah, bukan acara politis seperti kemarin [Senin],” kata Saiful terkait kirab tumpeng tersebut.

Dia juga menilai kirab tumpeng mengganggu pelayanan publik. Hal itu karena pintu masuk ke Kompleks Setda Sragen ditutup total selama kegiatan berlangsung. Padahal kegiatan yang dihadiri Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, tersebut berlangsung dua jam.

Advertisement

Menurut Syaiful, kirab seni Asitras adalah bentuk politisasi seni dan kreativitas budaya. Para seniman yang terlibat di dalamnya pun seharusnya merasa malu. “Seni hanya menjadi alat untuk mendekati penguasa demi kepentingan,” sindir dia.

Kritik senada disampaikan Ketua Presidium Forum Sragen Rembug (FSR), Suti Hantoro. Dia menyayangkan kirab budaya digelar pada jam kerja dengan menutup akses masuk ke Kompleks Setda Sragen. Padahal di saat yang sama banyak warga membutuhkan pelayanan.

“Tidak sedikit warga yang datang pagi hari dengan harapan urusan mereka di Setda segera selesai. Tapi dengan kondisi seperti kemarin [Senin] mereka jadinya menggerutu,” papar dia. Suti berharap Pemkab Sragen belajar dari kejadian ini dan tidak membuat kesalahan serupa di lain waktu.

Advertisement

Sementara itu, menanggapi kritik dari sejumlah aktivis, Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokol Setda Sragen, Tugino, menilai setiap masyarakat mempunyai hak berpendapat sehingga dia menghargai setiap kritikan yang disampaikan. “Setiap orang punya perspektif sendiri,” tutur dia.

Terkait siaran kegiatan tersebut di Radio Buana Asri, Tugino mengaku tidak pernah memintanya. Menurutnya, Radio Buana Asri adalah lembaga siaran publik yang mempunyai otoritas untuk memilih konten siaran mereka, di samping menyiarkan kegiatan pemerintahan.

“Jadi siaran Radio Buana Asri adalah spontanitas mereka. Saya tidak pernah meminta supaya kegiatan Asitras kemarin [Senin] disiarkan,” kata dia terkait Kirab tumpeng Asitras yang diselenggarakan di Sragen.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif