Jatim
Senin, 12 Januari 2015 - 00:05 WIB

KENAIKAN TDL dan UMK Picu Kenaikan Service Charge Mal

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi eskalator di pusat perbelanjan (JIBI/Solopos/Dok.)

Kenaikan TDL dan UMK membuat pengelola pusat perbelanjaan terpaksa menaikkan service charge.

Solopos.com, SURABAYA Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan upah minimum kota/kabupaten (UMK) pada tahun 2015 ini memacu pengelola pusat perbelanjaan menggariskan rencana menaikkan service charge. Kenaikan service charge itu diperkirakan bakal membuat okupansi mal menurun hingga 25%.

Advertisement

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jawa Timur Riza Wibowo mengatakan kenaikan service charge pada semester awal tahun 2015 ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor upah karyawan, apalagi beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur seperti Surabaya, Gresik, Mojokerto dan Jombang, kenaikan upahnya cukup tinggi.

“Kalau UMK saja naiknya 27%, mungkin service charge naiknya 20%. Kalau ditambah faktor energi atau ada kenaikan TDL mungkin naiknya bisa sampai 15%, sehingga kenaikan service charge nanti bisa sampai 30% dan ini nanti memberatkan para riteler,” jelasnya Minggu, (11/1/2015).

Naik 3 Kali
Dia memaparkan, sepanjang 2014 para pengelola mal di Jawa Timur sudah menaikan service charge sebanyak tiga kali akibat adanya kenaikan tarif dasar listrik. Seharusnya, lanjut Riza, pengelola menaikan service charge kepada tenant mencapai 30%, tetapi pengelola hanya menaikkan 20%-25% agar beban tenant tidak terlalu berat.

Advertisement

“Mal di Surabaya ini kan banyak, jadi kami juga harus melihat mal tetangga jangan sampai kenaikannya terlalu mencolok, jadi kami ada kesepakatan bersama untuk naik 20% tahun lalu,” ujarnya.

Riza menambahkan dengan kenaikan yang tidak sesuai hitungan, pengelola akhirnya menanggung kerugian untuk biaya operasional gedung mal. Menurutnya, jika seluruh kenaikan dibebankan kepada riteler, dikhawatirkan riteler bakal pergi karena sepi pembeli akibat harga produk yang juga dinaikkan.

“Para riteler pun berat untuk melakukan kenaikan harga produknya berkali-kali. Beberapa riteler usaha restoran juga sudah ada yang meninggalkan pasar Indonesia dan memilih membuka usaha di Malaysia,” imbuhnya.

Advertisement

Pengunjung Mal Berkurang
Kepala Bidang Kerja Sama Pemerintah APPBI Jawa Timur Neil V. Storey mengatakan tren pengunjung mal pada tahun lalu sebenarnya sudah mengalami penurunan hingga 15%. Selain itu, lanjutnya, ritel di Jawa Timur pun tumbuh stagnan sejak dua tahun terakhir. Tingkat okupansi mal pun rata-rata hanya 80%.

“Tahun ini ada beberapa tenant yang mungkin melakukan perpanjangan kontrak sewa mal atau bahkan memilih tutup, maka okupansi pun bakal turun,” imbuh Neil.

Meski begitu, kata Neil, pengelola pusat belanja akan mempertimbangkan kembali nilai kenaikan service charge tahun ini. Sedangkan penerapan upah karyawan, pengelola juga masih mengikuti UMK lama dan menunggu kesepakatan dari Forum Komunikasi Asosiasi (Forkas) Pengusaha Jawa Timur.

Advertisement
Kata Kunci : Kenaikan TDL UMK 2015
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif