Soloraya
Jumat, 9 Januari 2015 - 23:45 WIB

DEMAM BERDARAH SUKOHARJO : 16 Desa di Sukoharjo Endemis DBD

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nyamuk demam berdarah (Dok. JIBI/Harian Jogja)

Demam berdarah Sukoharjo menjadi ancaman. Sebanyak 16 kelurahan/desa di Sukoharjo masuk kategori wilayah endemis penyakit demam berdarah.

Solopos.com, SUKOHARJO — Sebanyak 16 kelurahan/desa di Sukoharjo masuk kategori wilayah endemis penyakit demam berdarah dengue (DBD). Masyarakat Kota Makmur diimbau mengintensifkan pembersihan sarang nyamuk (PSN) secara benar dan rutin seiring datangnya musim hujan.

Advertisement

Kasi Pengendalian Penyakit Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Bambang Sudiyono, saat ditemui Solopopos.com di kantornya, Kamis (8/1/2015), menjelaskan wilayah dikategorikan endemis demam berdarah karena terdapat kasus DBD selama tiga tahun berturut-turut.

Ke-16 kelurahan/desa endemis demam berdarah itu tersebar di delapan kecamatan yakni Weru, Sukoharjo, Nguter, Polokarto, Mojolaban, Grogol, Baki, dan Kartasura.

“Data 2014 wilayah endemis terbanyak terdapat di Grogol dan Kartasura. Masing-masing kecamatan tercatat ada empat desa yang diketahui endemis DBD,” kata Bambang.

Advertisement

Data lain menyebutkan hingga akhir 2014 lalu terdapat 220 penderita DBD di Sukoharjo. Dari jumlah itu diketahui ada 10 penderita yang meninggal dunia. Data terbaru hingga Kamis (8/1/2015) terdapat 10 orang yang terindikasi DBD dan satu orang positif DBD. Bambang berharap jumlah penderita DBD pada tahun ini menurun dan tidak ada lagi kasus orang meninggal dunia.

Bambang mengimbau masyarakat lebih waspada terhadap penyakit DBD dan penularannya, terlebih saat ini telah memasuki musin hujan. Dia meminta masyarakat melaksanakan PSN dengan benar dan rutin minimal sepekan sekali. PSN itu dilakukan dengan program 3 M.

Program 3M ini berupa menguras tempat penampungan air untuk memastikan tidak ada larva nyamuk pembawa virus dengue, yakni aedes aegypti; menutup tempat penampungan air agar aedes aegypti tidak dapat bertelur di lokasi itu; dan mengubur barang bekas agar tidak dapat menampung air dan dijadikan tempat bertelur nyamuk.

Advertisement

“Menguras harus juga menyikat dindingnya, karena telur nyamuk bisa saja menempel di dinding. Yang tidak kalah pentingnya meningkatkan daya tahan tubuh dengan berolahraga rutin dan makan makanan bergizi. Kalau daya tahan tubuh bagus niscaya kita bisa terhindar dari DBD,” imbuh Bambang.

Dia mengaku selalu berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya PSN. Upaya itu dilakukan melalui penyuluhan, baik oleh pihak DKK maupun kades kesehatan di masing-masing puskesmas. Apabila ada laporan kasus dan diketahui sudah ada penularan. Fogging atau pemberantasan nyamuk aedes aegypti dengan penyemprotan pestisida pun segera dilakukan.

Petugas Epidemiologi DKK, Dwi Purwanto, menginformasikan pada 2014 pada kasus demam berdarah Sukoharjo telah mem-fogging sejumlah wilayah sebanyak 96 kali.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif