Soloraya
Kamis, 1 Januari 2015 - 20:00 WIB

TSTJ SOLO : Harimau Taman Jurug Mati, BKSDA Lakukan Investigasi

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seekor harimau melompat untuk mendapatkan daging ayam di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Minggu (16/3/2014). Atraksi harimau tersebut digelar setiap minggu untuk menarik kedatangan pengunjung. (Dok/JIBI/Solopos)

TSTJ Solo kembali kehilangan salah satu koleksinya. Harimau Jurug mati Senin (29/12/2014) lalu.

Solopos.com, SOLO—Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah (Jateng) segera melacak penyebab kematian seekor harimau Sumatra di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), Senin (29/12/2014) petang.

Advertisement

Izin konservasi TSTJ terancam dicabut jika ditemukan kelalaian pada perawatan satwa langka tersebut.

Kepala Satuan Kerja BKSDA Jateng, Johan Setiawan, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (1/1/2014), mengatakan sudah menerima laporan kematian harimau Sumatra TSTJ bernama Vici.

Advertisement

Kepala Satuan Kerja BKSDA Jateng, Johan Setiawan, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (1/1/2014), mengatakan sudah menerima laporan kematian harimau Sumatra TSTJ bernama Vici.

Pihaknya segera meluncurkan tim investigasi guna menelusuri penyebab kematian harimau berusia 10 tahun itu. “Besok (Jumat, 2/1) kami akan mengecek langsung untuk mengetahui ada tidaknya unsur kelalaian dalam kasus ini,” ujarnya.

Johan mengatakan ada beberapa poin yang akan dipotret dalam investigasi. Poin tersebut di antaranya pola pakan, bahan pakan hingga kelayakan kandang.

Advertisement

Pihaknya sangat menyayangkan kematian harimau Sumatra yang notabene terancam punah. Di belahan Indonesia, Johan menyebut jumlah populasi hewan bernama latin Panthera tigris sumatrae itu tinggal puluhan ekor.

Hal ini membuat Presiden perlu mengetahui setiap pertukaran satwa tersebut di Indonesia. Meski terjadi kasus kematian, pihaknya belum berpikir menarik sisa harimau Sumatra di Jurug.

Saat ini terdapat empat harimau Sumatra yang dipelihara di TSTJ. “Kami belum melangkah sejauh itu. Masih perlu menunggu hasil investigasi.”

Advertisement

Apresiasi Jurug

Di sisi lain, BKSDA mengapresiasi TSTJ yang langsung mengirimkan sampel organ harimau untuk penelitian. Jurug bekerjasama dengan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja untuk meneliti penyebab kematian lebih lanjut.

Dalam autopsi, jantung dan paru-paru harimau diketahui memiliki kandungan air. Vici mati setelah dua hari kehilangan nafsu makan dan pneumonia (sesak napas).

Advertisement

“Langkah itu menunjukkan komitmen TSTJ dalam pengelolaan satwa.”

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, berjanji mengevaluasi pengelolaan TSTJ setelah kasus kematian harimau Sumatra. Pihaknya meminta pengelola berbenah dalam perawatan koleksi satwa.

Menurut Rudy, mestinya Jurug mampu berkembang menjadi arena hiburan yang representatif alih-alih terus bermasalah dengan pengelolaan satwa.

“Apapun penyebab kematian harimau nanti, harus ada peningkatan pemeliharaan satwa. Apa mau satwa mati terus seperti begini?” tandasnya.

Advertisement
Kata Kunci : TSTJ Solo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif