Jogja
Senin, 29 Desember 2014 - 06:20 WIB

REKAMAN VIDEO DI TOILET : Berikut Curhat Korban Pengintipan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban pelecehan seksual (wordpress.com)

Rekaman video di toilet tidak hanya menimbulkan trauma tetapi juga tidak aman bagi korban.

Harianjogja.com, JOGJA-Sebut saja namanya Alda. Mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja tersebut dengan wajah bingung datang ke Griya Harianjogja.com beberapa waktu lalu.

Advertisement

“Saya direkam di kamar mandi sebuah hotel dalam keadaan telanjang bulat,” katanya berat dengan jelas menahan marah.

Kejadian yang berlangsung 28 September 2014 itu terjadi ketika dia fitness di sebuah hotel dan berganti baju di kamar mandi hotel tersebut. Betapa terkejutnya dia ketika menemukan sebuah ponsel dengan kamera aktif sedang merekam. Dia pun segera lapor ke Polresta Jogja dan kasus ini masih disidangkan.

Advertisement

Kejadian yang berlangsung 28 September 2014 itu terjadi ketika dia fitness di sebuah hotel dan berganti baju di kamar mandi hotel tersebut. Betapa terkejutnya dia ketika menemukan sebuah ponsel dengan kamera aktif sedang merekam. Dia pun segera lapor ke Polresta Jogja dan kasus ini masih disidangkan.

Tetapi masalahnya tidak hanya kasus hukum, kejadian itu telah meninggalkan trauma pada dirinya. Bagaimana dia merasakan hal itu? Berikut perbincangan dengan wartawan Harian Jogja, Gilang Jiwana,

Apa yang terlintas di benak anda setelah peristiwa perekaman video itu?
Kecewa dan sedih itu pasti terasa. Selain itu ada juga perasaan takut yang besar, rasanya kemana-mana selalu ada yang mengawasi, benar-benar tidak nyaman.

Advertisement

Lantas kalau ada keperluan untuk keluar?
Kalau memang harus keluar saya hanya berani kalau ada yang menemani. Entah oleh keluarga atau teman. Kalau tidak ada yang bisa menemani saya lebih memilih tinggal di rumah saja. Sejak kejadian itu saya memang lebih banyak di rumah, lebih merasa aman.

Berarti aktivitas olahraga yang biasanya rutin dilakukan juga berhenti?
Semuanya berhenti. Sudah tidak pernah renang lagi sejak kejadian tersebut. Paling keluar hanya kalau untuk ke kampus saja. Itupun harus ada yang mengantar karena masih takut.

Dengan kondisi trauma seperti ini, sampai merasa ketakutan, apakah akan menggunakan bantuan psikolog? atau mungkin ada upaya lain untuk menekan trauma?
Psikolog sudah ada rencana, tapi belum sampai dilakukan. Sejauh ini mengandalkan dukungan orang terdekat saja, seperti keluarga dan teman-teman. Untungnya semua memberi dukungan penuh di masa seperti ini.

Advertisement

Biasanya, kalau sudah merasa tertekan dan trauma orang akan memilih untuk menutup diri. Tapi anda justru bertindak sebaliknya dan membuka diri untuk menceritakan pengalaman buruk yang terjadi. Apa yang mendasarinya?

Ada banyak dukungan yang mendorong saya untuk berani bertindak. Ada pula rasa kesal yang membuat saya memilih untuk bertindak ketimbang diam. Sesaat setelah kejadian itu saya sempat dibujuk untuk tidak memperkarakan masalah ini, katanya kalau sampai ke polisi rekaman itu akan dilihat oleh penyidik. Tapi dari pada membiarkan kasus ini, saya memilih memperkarakannya agar semua orang mendapat pelajaran penting dari kasus ini. Teman-teman dan dosen saya di kampus juga mendukung saya untuk buka suara karena ini hak saya dan ada hal yang harus diungkapkan.

Lalu apa yang anda harapkan dari berbagi pengalaman ini?
Saya ingin trauma saya bisa berkurang dan hilang. Menghadapinya dengan berbagi pengalaman adalah salah satu cara. Saya juga ingin apa yang menimpa saya ini menjadi pelajaran untuk semua pihak. Terutama pada perempuan untuk berhati-hati saat menggunakan toilet umum. Bahkan saat berada di toilet yang terkesan aman sekalipun.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif