Kebakaran Pasar Klewer Solo berlangsung 24 jam lebih. Hingga Minggu (28/12/2014) malam, api masih belum padam sepenuhnya.
Solopos.com, SOLO – Petugas pemadam kebakaran (damkar) dari berbagai wilayah, Soloraya, Salatiga, Semarang, Jogja masih bejibaku memadamkan api hingga Minggu (28/12/2014) malam.
Rida Putra Perdana, merupakan salah satu petugas pemadam kebakaran yang diterjunkan untuk menjinakkan kobaran api di Pasar Klewer.
“Saya masih tak percaya kalau yang terbakar ini adalah Pasar Klewer [sudah menjadi ikon Kota Solo]. Padahal, saya sudah terlibat dalam pemadaman api sejak Sabtu (27/12) malam. Tapi, sampai Minggu siang ini apinya masih ada,” katanya saat ditemui Solopos.com, Minggu (28/12).
Rida Putra Perdana yang mengaku sudah mengabdi sebagai petugas pemadam kebakaran selama sembilan tahun ini mengakui api yang membakar pasar Klewer sulit dijinakkan.
Selain kesulitan mencari tambahan pasokan air menyusul tak berfungsinya pompa hidran di sekitar pasar, kobaran api sangat cepat membesar karena didukung banyaknya bahan yang mudah terbakar di kompleks Pasar Klewer.
Kobaran api dianggap cepat membesar karena didukung angin cukup kencang. “Selama saya bertugas, ini yang terbesar dan paling lama dipadamkan [meski sudah berusaha memadamkan di atas 12 jam, api belum padam]. Sejak ditugaskan Sabtu malam hingga Minggu siang, saya sama sekali belum beristirahat,” ujarnya.
Di hadapan Rida, kobaran api disertai kepulan asap masih terus menjulang tinggi ke angkasa. Sejumlah petugas pemadam kebakaran lainnya masih menyusuri kios untuk memadamkan kobaran api.
Selain menggunakan penyemprot air, sesekali para pemadam kebaran itu menggunakan kayu untuk membongkar beberapa rolling door kios yang susah dibuka.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo, Eko Nugroho, mengakui musibah kebakaran ini termasuk yang terbesar di daerah Solo dalam beberapa tahun terakhir.
Total petugas pemadam kebakaran, tim Search and Rescue (SAR), dan relawan lannya yang dilibatkan dalam memadamkan kobaran api mencapai 300 personel.
“Lantai II sudah mulai retak sejak Minggu pagi. Para petugas pemadam kebakaran harus hati-hati. Saat menyemprotkan air, harus memilih lokasi yang aman, misalnya di pinggir tembok atau dinding. Kalau
sewaktu-waktu lantai II roboh, bisa menghindari reruntuhan bangunan. Soal risiko pekerjaan yang bisa mengancam nyawa kami, itu sudah menjadi risiko pekerjaan. Yang terpenting harus selalu waspada saat bertugas,” katanya.