News
Kamis, 25 Desember 2014 - 15:30 WIB

PERINGATAN TSUNAMI ACEH : Universitas Syiah Kuala dan Universitas Kyoto Luncurkan Aplikasi Tsunami

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Istimewa)

Peringatan tsunami Aceh tahun ini diiringi inovasi baru dalam peringatan tsunami di Indonesia yang rawan bencana tersebut.

Solopos.com, BANDA ACEH — Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala dan Center for Integrated Area Studies (CIAS) Universitas Kyoto, Jepang, meluncurkan dua aplikasi edukasi serta wisata tsunami di Banda Aceh.

Advertisement

Kedua aplikasi tersebut yakni Aceh Tsunami Mobile Museum dan Memory Hunting. Keduanya dapat beroperasi di ponsel pintar berbasis Android.

Direktur TDMRC Unsyiah, Khairul Munadi, menyebutkan, kedua aplikasi tersebut mulai dikembangkan pada 2011. Sebelumnya, kedua aplikasi sudah dapat diakses melalui situs. Kendati begitu, pertumbuhan pengguna ponsel pintar berbasis Android, khususnya di Indonesia, menjadi pemicu pembuatan aplikasi.

“Jepang dan Indonesia memiliki tingkat rawan bencana yang cukup tinggi. Tsunami memang sudah 10 tahun yang lalu, tapi pengetahuan terhadap bencana tersebut harus diketahui generasi masa sekarang,” ucap Khairul, di sela-sela peluncuran, Rabu malam (24/12/2014).

Advertisement

Aceh Tsunami Mobile Museum (ATMM) merupakan aplikasi pendidikan siaga bencana. Aplikasi ini sekaligus dapat menjadi pemandu menuju obyek wisata pasca tsunami di Banda Aceh.

Khairul menjelaskan, aplikasi ini dilengkapi dengan augmented reality, sehingga memudahkan masyarakat dan wisatawan untuk mengakses berbagai informasi dan panduan menuju obyek. Sementara itu, aplikasi Memory Hunting memungkinkan masyarakat merekam melalui foto dan berkontribusi untuk perubahan obyek pasca tsunami.

“Kami menggunakan sistem semi transparan. Masyarakat yang datang ke obyek bisa mengambil foto dan aplikasi akan mengarahkan angle yang tepat. Dengan begitu, foto perubahan obyek dari tahun ke tahun akan terekam dengan baik. Masyarakat langsung dapat mengakses foto obyek beberapa saat setelah tsunami,” tambah Khairul.

Advertisement

Profesor Madya Universitas Kyoto, Yamamoto Hiroyuki, menyebutkan aplikasi ini dapat digunakan dengan dua bahasa yakni Jepang dan Indonesia. Hiroyuki menambahkan, pembuatan aplikasi ini menggunakan data dari berbagai sumber seperti berita dan dokumentasi pasca tsunami selama 10 tahun terakhir. Selain kedua aplikasi tersebut, TDMRC dan CIAS juga telah mengembangkan Aceh Tsunami Archive yang baru dapat diakses via situs.

Walikota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal berharap, aplikasi ini dapat mempermudah khususnya bagi wisatawan yang ingin mengunjungi obyek wisata tsunami. “Kedua aplikasi ini sangat bagus, khususnya untuk menarik minat wisatawan ke Banda Aceh. Banda Aceh sendiri bisa menjadi pusat studi bagi masyarakat dari seluruh dunia mengenai tsunami,” pungkas Illiza.

TDMRC dan CIAS selanjutnya akan mengembangkan kedua aplikasi untuk pengguna ponsel pintar berbasis iOS. Kendati demikian, mereka belum dapat memastikan kapan aplikasi tersebut dapat diunduh melalui Apple Store.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif