Jogja
Kamis, 25 Desember 2014 - 10:20 WIB

5 Perguruan Tinggi Pameran Lukisan di Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung menikmati lukisan di Pameran Demo-Crazy yang digelar di Posnya Seni Godod, Selasa (23/12/2014) siang. (Harian Jogja/Arief Junianto)

Mahasiswa dari 5 perguruan tinggi di Jawa menggelar pameran lukisan di Posnya Seni Godod, Jogja

Harianjogja.com, JOGJA—Siapa bilang mahasiswa hanya bisa protes lewat aksi demonstrasi. Retorika inilah yang ingin disampaikan oleh 46 mahasiswa dari lima perguruan tinggi di Indonesia, yakni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Advertisement

Melalui pameran, mereka ingin membantah bahwa cara pandang mahasiswa yang kritis hanya bisa disampaikan melalui aksi demonstrasi. Terbukti, dalam pameran bertajuk Demo-Crazy yang digelar di Posnya Seni Godod, Jogja, mulai 19-26 Desember, mereka ingin menunjuk spirit kritis mereka melalui karya seni rupa.

Ketua pelaksana pameran, M. Ichsan Maulana menuturkan, pameran yang menampilkan 34 karya seni rupa itu merupakan kegiatan reguler tutup tahun yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni UNY.

Advertisement

Ketua pelaksana pameran, M. Ichsan Maulana menuturkan, pameran yang menampilkan 34 karya seni rupa itu merupakan kegiatan reguler tutup tahun yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni UNY.

Gagasan pameran itu berangkat dari spirit kritik yang ada di benak mereka terhadap birokratisasi kampus yang rumit dan menyusahkan mahasiswa. Namun, lantaran melibatkan peserta dari kampus lain, maka gagasan itu kemudian diperluasnya.

“Akhirnya kami memperluas gagasan itu menjadi demokrasi secara umum,” ucapnya, Selasa (23/12/2014).

Advertisement

Karya-karya yang ditampilkan dalam pameran cukup beragam. Hal itu dipengaruhi latar belakang kampus dan kota asal peserta yang berbeda. Meski demikian, beragam karya itu tetap memiliki benang merah yang sama, yakni kritik sosial politik dan demokrasi.

Contoh kritik terlihat dalam lukisan karya mahasiswa UNS, Arifin Nr, berjudul Musuh Dalam Selimut. Karya yang secara eksplisit menggambarkan perjuangan para pejuang saat meraih kemerdekaan ini mengandung pesan bahwa pejuang-pejuang masa kini memiliki musuh yang tak kalah hebat, yakni para koruptor dan politikus yang mementingkan kepentingan diri sendiri dan golongannya saja.

Begitu juga dengan karya R Moch Rizal Hafiyan dari UNS yang berjudul Trapped By Me yang berkisah tentang peran media sosial dalam berdemokrasi.

Advertisement

Namun menurut Rizal, media sosial saat ini justru dianggap terlampau mengekspose hal-hal pribadi yang seharusnya bukan konsumsi publik. “Bagi perupa, media sosial ini seperti ruang interogasi yang memiliki kaca satu arah saja,” kata Ichsan.

Seniman senior Jogja, sekaligus pemilik Posnya Seni Godod, Godod Sutejo, menganggap tema dan materi pameran memiliki kekuatan tersendiri. Terlebih lagi karena peserta pameran berasal dari berbagai kampus dan daerah yang tentu saja akan menampilkan karya yang beragam.

“Pameran ini dapat memberi tambahan ilmu bagi para calon guru seni rupa dan seniman dalam mengemas sebuah pameran,” ujar Godod.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif