Jogja
Selasa, 23 Desember 2014 - 18:45 WIB

Kisah Petani Gunungkidul Ajari Anaknya Bertani, Ditolak karena Milih Merantau

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan tanam padi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Minimnya partisipasi generasi muda untuk bertani diakui salah seorang anggota kelompok tani Agung Rejeki dari Desa Rejosari, Kecamatan Semin, Rahmadi,45.

Menurut dia, anak-anak muda lebih suka merantau ketimbang bekerja sebagai petani.

Advertisement

“Saya sudah berulang kali mengajari anak saya bercocok tanam. Namun tetap saja dia lebih memilih merantau ke luar daerah,” kata Rahmadi, Senin (22/12/2014).

Dia menjelaskan, miniminya minat anak muda untuk bertani dapat dilihat dalam struktur kepengurusan mau pun keanggotaan inti kelompok tani Agung Rejeki.

Dari 40 anggota inti yang ada, mayoritas diisi warga dengan usia 40 tahun ke atas. “Memang ada yang muda di usia 20an tahun, tapi jumlahnya masih sangat minim,” aku Rahmadi.

Advertisement

Sementara itu, Sub Bid Ketenagaan Badan Pelaksana Penyuluh Ketahanan Pangan (BP2KP) Gunungkidul Wibowo Purno Katoto mengaku, terus sosialisasi menggugah generasi muda agar mau bertani. Saat ini BP2KP membuat pengelompokan untuk golongan petani menurut usia.

Porsi yang dikembangkan 65% kelompok petani usia 45 tahun ke atas, 25% untuk generasi muda dan 10% untuk kalangan perempuan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif