News
Jumat, 19 Desember 2014 - 16:40 WIB

PERTUMBUHAN EKONOMI : Berikut Tantangan dan Keuntungan Yogyakarta Tahun Depan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/anneahira.com)

Harianjogja.com, JOGJA-Pertumbuhan ekonomi DIY tahun depan diprediksi terus meningkat atau berada di kisaran 5% hingga 5,4%. Kendati demikian, kira-kira apa saja tantangan maupun keuntungan yang dapat diperoleh tahun 2015.

Kepala Kantor Perwakilan BI (KPBI) DIY Arief Budi Santoso mengatakan ada beberapa ganjalan yang dapat menghambat perekonomian DIY.
Salah satunya mengenai kebijakan larangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggelar kegiatan atau rapat di hotel-hotel memberikan dampak bagi
pertumbuhan ekonomi DIY.

Advertisement

“Kami meminta kepada Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah guna mencari
jalan keluar memecahkan persoalan tersebut,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Badang Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Tavip Agus Riyanto optimis perekonomian DIY terus
menggeliat. Hal ini tercermin pada gelaran Investing Jogja 2014 dimana sejumlah investor tertarik untuk berinvestasi di DIY.

“Terutama terkait pembangunan bandara baru di Kulonprogo. Banyak investor yang tertarik untuk menamkan modal di kawasan yang
berdekatan dengan bandara baru tersebut,” kata Tavip.

Advertisement

Tavip memprediksi keberadaan bandara baru tersebut akan mampu menyumbang sekitar 7% bagi pertumbuhan perekonomian di Kulonprogo.
Sementara untuk DIY, pertumbuhan ekonomi di Kulonprogo memberi kontribusi sebesar 6% perekonomian DIY. “Kalau pembangunan bandara
terealisasi, maka pembangunan infrastruktur akan berjalan. Mulai dari sarana kereta api, perumahaan dan dimensi usaha lainnya,” kata Tavip.

Sedangkan Direktur Program Magister Ekonomika Pembangunan UGM Lincolin Arsyad mengatakan kontribusi sektor jasa banya memberi
sumbangan terhadap perekomian di Indonesia khususnya DIY. Sektor lain keungan, persewaan juga semakin dominan dan pertumbuhannya
relatif lebih tinggi. Sementara sektor pertanian hanya 14% dan cenderung menurun dari waktu ke waktu.

“Ini menunjukkan perekonomian di negeri ini sudah semakin mengarah ke sektor jasa,” terangnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif