Jogja
Kamis, 18 Desember 2014 - 14:30 WIB

Kisah Warga Tinggal di Kawasan Rawan longsor, Yakin karena Batu Alam

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bukit Hargodumilah di Piyungan Bantul merupakan titik rawan longsor namun terus berkembang menjadi temat wisata. (Endro Guntoro/JIBI/Harian Jogja)

Zona rawan bancana longsor di daerah perbukitan jadi lokasi tinggal puluhan warga Dusun Plesedan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan. Tidak hanya tinggal di kaki bukit Hargodumilah, sekitar 40 kepala keluarga menggantungkan hidupnya di puncak bukit yang tiap malam nyaris tak pernah sepi pengunjung. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harianjogja.com, Endro Guntoro.

Suprihanta, salah seorang warga Plesedan, meyakini daerah tinggalnya aman dari ancaman bencana longsor. Keyakinan itu cukup beralasan karena dia sudah tinggal di kaki bukit Hargodumilah selama 46 tahun dan belum pernah menemukan tanda-tanda bahaya longsor.

Advertisement

“Sudah turun menurun tinggal di lereng bukit. Alhamdulilah aman-aman saja,” katanya, Selasa (16/12/2014).

Sejak lahir, pria yang akhirnya dipercaya warga sebagai kepala dusun ini mengaku kontur Hargodumilah dipenuhi batu alam sehingga kuat menahan longsor.

Bukan bermaksud akan menantang alam. Namun, Suprihanta mengaku bencana menjadi kuasa Tuhan yang sewaktu-waktu bisa menghampiri tanpa memberi kabar terlebih dulu. Dalam berbagai kesempatan rapat-rapat rukun tetanggadan dusun, Kadus ini tak kurang-kurangnya mengingatkan warga untuk mewaspadai perubahan cuaca.

Advertisement

Menurut dia, kehidupan warga Plesedan mayoritas bergantung pada keramaian pesona bukit Hargodumilah yang setiap malam ramai dikunjungi wisatawan. Tercatat lebih dari 40 warga Plesedan membangun warung dan rumah makan sebagai wisata kuliner, yang hasilnya rata-rata Rp100.000 per hari.

Sekretaris Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kecamatan Piyungan Amat Yani mengatakan wilayah Hargodumilah termasuk menjadi zona merah bahaya rawan longsor. Pemerintah Kabupaten Bantul pernah mengeluarkan larangan pendirian bangunan permanen di kawasan Hargodumilah.

Namun, upaya itu tidak mendapat perhatian serius dari warga. FPRB Piyungan menilai harus ada solusi untuk masalah dan ancaman bencana tersebut.

Advertisement

Berbagai upaya pengenalan medan rawan bencana longsor harus terus diberikan agar warga masyarakat dapat mendeteksi dini perubahan alam yang memang sulit diprediksi.

Sejauh ini sudah ada kerja sama FPRB Piyungan dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat untuk mengenalkan karakteristik rawan bencana wilayah.

Menurut Yani, di Piyungan ada dua desa, Srimartani dan Srimulyo, yang berada di daerah rawan longsor. Srimartani terdapat enam dusun yang paling berisiko terkena dampak manakala longsor, yakni Dusun Bulusari, Rejosari, Kemloko, Umbuksari, Mojosari dan Tambalan.

Adapun, untuk Srimulyo, bencana longsor rawan melanda Dusun Plesedan, Jolosutro, Jasem, Prayan, Ngelosari, Kali Gathuk dan Jombor. “Total 13 dusun ini ada sekitar 800 kepala keluarga,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif