Entertainment
Kamis, 18 Desember 2014 - 13:05 WIB

Ketoprak Akademisi UGM, saat Profesor Menyembah Raja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu adegan pentas ketoprak Amukti Palapa Gadjah Mada di Gedung PKKH, UGM, Rabu (16/12/2014) malam. (Foto Dokumen)

Tak hanya seniman, kalangan akademisi, termasuk profesor, bisa menjadi bintang panggung ketoprak. Itulah yang dibuktikan civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam pentas ketoprak Dies Natalis ke-65 UGM. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Arief Junianto.

Selasa (16/12/2014) malam di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH), pentas ketoprak digelar. Panggung Gedung PKKH dibuat menyerupai ruang kerajaan.

Advertisement

Kursi singgasana dan gambar candi membuat panggung terasa megah. Namun pentas malam itu terlihat berbeda. Beberapa pemain yang terlibat dalam pentas itu ternyata bukan seniman ketoprak. Mereka adalah akademisi UGM.

Sejak pukul 18.00 WIB, ratusan kursi lipat yang disiapkan panitia pun sudah nyaris terisi penuh. Wakil Rektor UGM, Suratman, berada di atas panggung. Profesor kelahiran Klaten itu menghayati peran sebagai Empu Narayana, penasihat raja-raja, dalam lakon Amukti Palapa Gadjah Mada.

Advertisement

Sejak pukul 18.00 WIB, ratusan kursi lipat yang disiapkan panitia pun sudah nyaris terisi penuh. Wakil Rektor UGM, Suratman, berada di atas panggung. Profesor kelahiran Klaten itu menghayati peran sebagai Empu Narayana, penasihat raja-raja, dalam lakon Amukti Palapa Gadjah Mada.

Dalam sebuah dialog menggunakan bahasa Jawa, ia tak canggung menasihati Raja Hayam Wuruk yang diperankan staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya (FIB), M. Bagus Febrianto.

Dia pun tak terlihat kagok ketika harus menyembah Raja Hayam Wuruk. Sementara, di lingkungan sehari-hari, statusnya sebagai guru besar dan Wakil Rektor UGM membuatnya gampang memberi perintah.

Advertisement

Ketoprak bukan dunia yang asing baginya. Semasa remaja, ketika masih bersekolah di Klaten, Suratman kerap bermain ketoprak. Beragam peran telah ia mainkan. Namun, dia tetap merasa sedikit kesulitan saat akan memerankan Empu Narayana, apalagi latihan hanya tiga kali.

“Beruntung, sutradara banyak membantu saya,” tegas dia.

Dalam pementasan itu, ia hanya tampil dalam satu babak. Seusai manggung, pria yang merupakan profesor di bidang geografi itu keranjingan ingin tampil lagi.

Advertisement

Kini, ia tengah menyiapkan rencana agar kelompok ketoprak yang tampil malam itu, bisa kian serius menggarap lakon ketoprak.

Salah satu bentuknya adalah menggandeng Dinas Kebudayaan DIY dan beberapa seniman. Dia ingin naskah lakon tentang Gadjah Mada bisa dipentaskan secara berseri dalam format Year of Culture (Tahun Budaya).

Sementara, sejumlah staf pengajar dan mahasiswa UGM yang turut ambil bagian dalam pementasan itu senang bisa satu panggung dengan Wakil Rektor.

Advertisement

“Kapan lagi  bisa melihat Wakil Rektor memainkan perannya sampai nyembah-nyembah,” kata salah seorang pemain.
Rektor UGM Dwikorita Karnawati bangga dengan pementasan Amukti Palapa Gadjah Mada.

“Saya harap, selain bisa nguri-uri [melestarikan] kabudayan, pementasan seperti ini juga bisa mempererat tali silaturahmi civitas akademika UGM,” tuturnya.

Lakon itu disutradarai dua staf pengajar dari FIB UGM, Cahyaningrum Dewojati dan Sudibyo. Dengan arahan Gilang Anggryawan sebagai penata artistik, pementasan lakon itu tampil dalam format epik yang tetap menyisipkan guyonan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif